Senin, 08 Juni 2015

RAYA SUPER TOP 2



"Tinggal 1 seat pak no 17", kata si mbak penjaga loket di Garasi PO yang identik dengan warna putih dan orange ini. "Ya udah mbak, saya ambil", 3 lembar rupiah bergambar soekarno hatta pun saya sodorkan kepada sang penjaga loket. "Ini pak tiketnya dan ini kembaliannya (10 rb rupiah)", kata mbak penjaga loket kemudian

Jumat, 5 Juni 2015

Seperti biasa kondisi lalu lintas di Jakarta sangatlah padat di jumat sore itu, dengan menggendong ransel saya langsung menyetop bus kota PPD 41  di depan kantor. "UKI habis" begitu teriak sang juru teriak sekaligus penarik uang tiket dari PO berplat merah di Jakarta tersebut. Menungu lama di UKI, 117 gak nongol nongol, 57 juga sami mawon.. APTB juga lama amat akhirnya saya putuskan untuk menyetop taksi biru untuk mengantar saya ke pool PO RAYA di Pulogadung.




AD 1438 DG dan AD 1439 DG yang hari itu bertugas sebagai Super Top (ST) atau kelas tertinggi di PO Raya. 1438 bertugas sebagi Super Top 1 dan 1439 bertugas sebagai Super Top 2. Saya sendiri kebagian bis Super Top 2. Hmm hebat juga ya si Raya tiket Super Top yang dibanderol cukup mahal itu ternyata laris manis, 2 bus ST dari Pulo Gadung dan 1 bus dari Lebak Bulus. Menurut saya ini uniknya pasar Bus malam di Wilayah Solo dst, di sini hampir semua kelas bus malam ada penggemarnya. Kelas Super Eksekutif lumayan sukses di sini, RAYA dan Rosalia Indah terbukti selalu memberangkat lebih dari satu armada dikelas tertinggi itu. Bus Eksekutif ++ juga cukup banyak di sini. Raya, Mulyo Indah, dan Sido Rukun adalah pemain pemain utama di kelas ini. Di kelas ini rata rata PO2 tersebut membenamkan seat yang cukup sedikit hanya sekitar 22-26 seat padahal umumnya kelas eksekutif itu mempunyai seat sekitar 28-34. Sepertinya bus bus asli solo lebih suka berperang di kelas ini, kelas buat para priyayi, hehe . Justru di kelas eksekutif biasa (30-34 seat) yang tidak terlalu banyak pemainnya. Sedangkan PO2 yang beroperasi di pinggiran Solo lebih senang bermain di kelas VIP (34-40 seat), dan di kelas ini memang punya potensi pasar yang paling besar.



Jam 19.00 ST 1 mulai meninggalkan pool, diiukuti oleh exe 28. Tinggallah bus saya si ST 2 yang masih menunggu di pool Pulo Gadung. Jam 19.20 bis yang saya naikipun mulai bergerak. Ternyata  bis ini hanya mengangkut 16 penumpang, 2 penumpang lainnya batal. "Monggo mas pindah nggriki" kata si kernet, sambil mempersilahkan saya pindah ke seat tunggal no 13. Tak lama setelah masuk tol Jakarta - Cikampek sang kernet masuk ke kandang macan, lho kok kernet ke kandang macan? Dimana driver satunya? Driver ST 2 yang berkumis cukup tebal ini memilih mengarahkan bus Mercy lawas dengan body baru by Laksana ini keluar pintu tol Klari. Saya dengar memang gerbang tol Cikopo macet parah.

Jam 22.30 AD 1439 DG masuk rumah makan Markoni. Tampak saudaranya AD 1438 DG yang sedang siap siap mau melanjutkan perjalanan. Kondisi rumah makannya sudah cukup tua, di toilet saya menemukan beberapa ekor kecoa. Hmm menurut saya tidak pas untuk bis dengan tiket 290 rb ini.. hehe. Melihat menu makan yang biasa saja dan memang sudah terlalu malam, saya putuskan untuk tidak mengambil service makan di Rumah makan ini.

Kurang lebih 35 menit beristirahat, seluruh penumpang Raya Super Top 2 diminta kembali naik ke dalam bus. Benar ternyata, driver bus engkel (sendiri), tidak ada driver kedua yang masuk ke dalam kabin bis ini. Ya sudahlah, semoga pak driver kuat melek dan bisa mengantar seluruh penumpang dengan selamat sampai Solo. Saya mencoba menikmati bus yang sama penggemarnya diberikan slogan"Dangerously Comfortable Coach" ini, apa lagi kalo bukan dengan tidur.. hehehe. Seat empuk nan lebar serta jarak antar kursi yang luas pasti akan membuat saya cepat tidur. Tapi ternyata saya tidak bisa tidur nyenyak, padahal tahun lalu saat pertama kali mencoba super top saya bisa tidur dengan pulas. Handling yang tidak begitu smooth dari sang driver serta lebih dari sekali harus berhenti di pinggir jalan sepertinya menjadi salah satu faktornya. Mungkin sang driver perlu sedikit beristirahat, makanya dia beberapa kali harus berhenti. Maklum saja, dia harus single fighter mengantar pelanggannya mengarungi jalanan Jakarta - Solo yang berjarak lebih dari 500 km ini.

Fajar sudah mulai merekah, Bapak berkumis itu masih terus memainkan kaki dan tangannya untuk mengendalian bus berbody laksana ini menuju Solo. Tidak ada istirahat pagi ternyata, persis seperti perjalanan dari solo ke jakarta. Saya pun harus menunaikan ibadah sholat shubuh di atas bus yang berjalan. Jam 06.15 bus masuk ke tol krapyak, bus masih melaju konstan, tidak cepat tapi juga tidak bisa dikatakan lambat. Saat mulai masuk di jalur tol semarang ungaran bawen, sang driver menepikan kendaraanya. Dia turun sambil cuci muka dengan air dalam kemasan yang dibawanya.. hehehe.

Penumpang pertama yang turun dari bus ini ternyata di terminal boyolali. Saat masuk terminal ST 2 ini berbarengan dengan ST 1 yang berangkat 20 menit lebih awal. Akhirnya jam 08.40 AD 1439 DG ini mengakhiri perjalanannya di terminal Tirtonadi Solo. 13 jam dan 20 menit, untuk perjalanan di Jumat malam, lumayanlah masih termasuk waktu standar untuk perjalanan Jakarta - Solo.

   

1 komentar:

  1. semoga po raya memperbaiki pelayanannya agar penumpang merasa nyaman

    BalasHapus