Selasa, 09 Juni 2015

Pecel Madiun dan Sugeng Rahayu

Sabtu, 6 Juni 2015

Jam 18.30 kami siap di shelter keberangkatan arah timur terminal Tirtonadi Solo. 2 unit MIRA  dan Akas Asri Jogja-BWI ada disana. Pokoknya target malam ini Sumber Group (Sugeng Rahayu dan Sumber Selamet), terserah naik bis yang mana kami tidak hapal nopol Sumber yang banter, tapi setahu saya semua Sumber itu banter kalo dapat yang pelan berarti sedang apes saja, karena itu mungkin 1:100 hehe

Setelah 2 MIRA meninggalkan terminal kami pun naik Sugeng Rahayu W 7398 UY. Tidak lama setelah kami naik bis langsung jalan. Bangku panjang paling belakang jadi pilihan kami. Keluar terminal sampe karangayar sama sekali gak ada gregetnya.  Deru mesin selalu di RPM rendah. Jalanan memang sedang padat di malam minggu itu. Sayapun mencoba merem buat mengumpulkan tenaga, balung tua seperti saya harus banyak istirahat tidak bisa dibandingkan sama Andry dan Didiet kawan touring saya di malam itu.

Lepas dari keramaian lho kok ternyata bis ini mulai kencang. Jalur tanpa sepator pun tampak tidak menghalangi liak liuk bis ini. Rangkaian kendaraan didepannya laksana jadi tiang tiang yang sengaja dipasang untuk orang yang sedang berlari zig zag. "Kanan kiri, awas, yo kanan prei terus!" begitu instruksi dari sang navigator alias asisten driver atau kernet. Saya yang sudah berniat merem jadi segar lagi.  Body bis ini terasa berguncang keras saat pedal gas diinjak dalam dalam. Suara nyaring dari mesin yang ada di kabin depan terdengar sampai dibelakang. Saya bilang ke Andry, "kayaknya gasnya mentok deh" hehe. Tidak butuh waktu lama untuk kami sampai di ring road Sragen. Jalan yang cukup sempit ini tetap dilalui tanpa mengurangi bejekan pada pedal gas sedikitpun. Tak disangka ternyata di depan ada armada Mila jurusan Jogja-Banyuwangi sedang antri dibelakang truk. W 7398 UY pun langsung ngeblong mendahului si Mila. Wah tanpa perlawanan ini.. hehe

Kembali ke jalan utama jalur tengah Sragen, sebuah dim dari kanan dan meluncur dengan cepat si Mila Discovery mendahului dari kanan. Wow, Mila dengan stiker BMC besar di kaca belakang itu mulai panas ternyata. Bus dari group akas tersebut tampak gak mau kalah, mungkin dia mau nunjukin "mesinku dah baru, gak bakal rela kau kangkangi" hahaha. Driver W 7398 NY pun gak mau kalah, dia langsung menginjak gas dalam dalam, akhirnya aksi kejar kejaran 2 bis bermesin AK8 dan berbody discovery inipun tak terhindarkan. Jalur yang cukup ramai sepanjang Sragen - Ngawi ini serasa menjadi sirkuit bagi kedua bis tersebut. Tampak sekali permainan lampu sien dari Mila di depan begitu ciamik.. Sign kanan selalu hidup saat dia mendalui kendaraan2 didepannya, begitu mentok kress kendaraan di depannya Mila tersebut langsung memberikan sinyal sign kiri yang artinya SR dibelakangnya dilarang untuk ikut masuk. Beberapa kali kejar jekaran tersebut terhenti karena SR harus menaikkan dan menurunkan penumpang. Akhirnya kedua bis itu berpisah di Ngawi. Mila mengambil arah karag jadi dan SR menuju Maospati dan Madiun. Jam 21.30 kami sampai di terminal madiun yang terlihat sepi dan gelap itu.
Tujuan kami ke terminal Madiun ini ya untuk makan pecel, hehehe. Ada 2 orang ibu ibu penjual pecel di terminal tersebut. Para crew sumber group yang betugas kearah timur (Surabaya) pun pada beristirahat untuk sekedar minum kopi dan menikmati gorengan di terminal ini.

Jam 22.20 kamipun kembali bersiap kembali ke Solo. "Nyobain MIRA yuk" ajak saya kepada Andry dan Didit. "Manut om", kata mereka. 3 bus mira berturut turut masuk terminal, belum begitu tertarik karena kondisi bus agak penuh. Kemudian rombongan Sumber Group masuk ke terminal. Akhirnya kami kembali memilih naik Sumber Group. Kali kita mendapatkan bus dengan Nopol W 7282 UY. Belum lama berjalan bis berhenti di sebuah warung. Di sini hampir semua bis sumber Group tujuan Yogja melakukan istirahat. Bus yang kami naiki berada di urutan ke 3. Kurang lebih 15 menit bispun kembali melanjutkan perjalanan. Bus dengan 3 crew yang semuanya masih muda ini berjalan standar saja. Sedkit banter tapi handling dari drivernya lumayan halus jika dibandingkan dengan W 7398 UY tadi. Karena capek dari semalam sudah berada di bis sayapun memilih untuk tidur.

Ternyata, Andry yang memang baru pertama kali naik bus Jogja Surabaya itu begitu menikmati perjalanannya. Dia sama sekali tidak tidur. Menjelang palur saya dibangunkan. Dia cerita bahwa bis ini lebih banter dari yang berangkat tadi. 2 bis sugeng rahayu di depannya dilahap abis. Sebuah Rosalia Indah juga takluk, kalo liat jamnya sih itu Rosin dar Jember atau dari Surabaya. Sugeng Rahayu PATAS Surabaya Solo Semarang juga tak berdaya dibuatnya. DIa juga mencerikan bagaimana proses mendahului si Rosalia Indah yang terbilang sanat berani. Saat Rosin mendahului truk dari kanan, bis itu langsung dilibas dari kiri oleh si W 7282 UY. Jam 00.50 kamipun turun di palur.


(sumber foto : nyomot di Kaskus)




Senin, 08 Juni 2015

RAYA SUPER TOP 2



"Tinggal 1 seat pak no 17", kata si mbak penjaga loket di Garasi PO yang identik dengan warna putih dan orange ini. "Ya udah mbak, saya ambil", 3 lembar rupiah bergambar soekarno hatta pun saya sodorkan kepada sang penjaga loket. "Ini pak tiketnya dan ini kembaliannya (10 rb rupiah)", kata mbak penjaga loket kemudian

Jumat, 5 Juni 2015

Seperti biasa kondisi lalu lintas di Jakarta sangatlah padat di jumat sore itu, dengan menggendong ransel saya langsung menyetop bus kota PPD 41  di depan kantor. "UKI habis" begitu teriak sang juru teriak sekaligus penarik uang tiket dari PO berplat merah di Jakarta tersebut. Menungu lama di UKI, 117 gak nongol nongol, 57 juga sami mawon.. APTB juga lama amat akhirnya saya putuskan untuk menyetop taksi biru untuk mengantar saya ke pool PO RAYA di Pulogadung.




AD 1438 DG dan AD 1439 DG yang hari itu bertugas sebagai Super Top (ST) atau kelas tertinggi di PO Raya. 1438 bertugas sebagi Super Top 1 dan 1439 bertugas sebagai Super Top 2. Saya sendiri kebagian bis Super Top 2. Hmm hebat juga ya si Raya tiket Super Top yang dibanderol cukup mahal itu ternyata laris manis, 2 bus ST dari Pulo Gadung dan 1 bus dari Lebak Bulus. Menurut saya ini uniknya pasar Bus malam di Wilayah Solo dst, di sini hampir semua kelas bus malam ada penggemarnya. Kelas Super Eksekutif lumayan sukses di sini, RAYA dan Rosalia Indah terbukti selalu memberangkat lebih dari satu armada dikelas tertinggi itu. Bus Eksekutif ++ juga cukup banyak di sini. Raya, Mulyo Indah, dan Sido Rukun adalah pemain pemain utama di kelas ini. Di kelas ini rata rata PO2 tersebut membenamkan seat yang cukup sedikit hanya sekitar 22-26 seat padahal umumnya kelas eksekutif itu mempunyai seat sekitar 28-34. Sepertinya bus bus asli solo lebih suka berperang di kelas ini, kelas buat para priyayi, hehe . Justru di kelas eksekutif biasa (30-34 seat) yang tidak terlalu banyak pemainnya. Sedangkan PO2 yang beroperasi di pinggiran Solo lebih senang bermain di kelas VIP (34-40 seat), dan di kelas ini memang punya potensi pasar yang paling besar.



Jam 19.00 ST 1 mulai meninggalkan pool, diiukuti oleh exe 28. Tinggallah bus saya si ST 2 yang masih menunggu di pool Pulo Gadung. Jam 19.20 bis yang saya naikipun mulai bergerak. Ternyata  bis ini hanya mengangkut 16 penumpang, 2 penumpang lainnya batal. "Monggo mas pindah nggriki" kata si kernet, sambil mempersilahkan saya pindah ke seat tunggal no 13. Tak lama setelah masuk tol Jakarta - Cikampek sang kernet masuk ke kandang macan, lho kok kernet ke kandang macan? Dimana driver satunya? Driver ST 2 yang berkumis cukup tebal ini memilih mengarahkan bus Mercy lawas dengan body baru by Laksana ini keluar pintu tol Klari. Saya dengar memang gerbang tol Cikopo macet parah.

Jam 22.30 AD 1439 DG masuk rumah makan Markoni. Tampak saudaranya AD 1438 DG yang sedang siap siap mau melanjutkan perjalanan. Kondisi rumah makannya sudah cukup tua, di toilet saya menemukan beberapa ekor kecoa. Hmm menurut saya tidak pas untuk bis dengan tiket 290 rb ini.. hehe. Melihat menu makan yang biasa saja dan memang sudah terlalu malam, saya putuskan untuk tidak mengambil service makan di Rumah makan ini.

Kurang lebih 35 menit beristirahat, seluruh penumpang Raya Super Top 2 diminta kembali naik ke dalam bus. Benar ternyata, driver bus engkel (sendiri), tidak ada driver kedua yang masuk ke dalam kabin bis ini. Ya sudahlah, semoga pak driver kuat melek dan bisa mengantar seluruh penumpang dengan selamat sampai Solo. Saya mencoba menikmati bus yang sama penggemarnya diberikan slogan"Dangerously Comfortable Coach" ini, apa lagi kalo bukan dengan tidur.. hehehe. Seat empuk nan lebar serta jarak antar kursi yang luas pasti akan membuat saya cepat tidur. Tapi ternyata saya tidak bisa tidur nyenyak, padahal tahun lalu saat pertama kali mencoba super top saya bisa tidur dengan pulas. Handling yang tidak begitu smooth dari sang driver serta lebih dari sekali harus berhenti di pinggir jalan sepertinya menjadi salah satu faktornya. Mungkin sang driver perlu sedikit beristirahat, makanya dia beberapa kali harus berhenti. Maklum saja, dia harus single fighter mengantar pelanggannya mengarungi jalanan Jakarta - Solo yang berjarak lebih dari 500 km ini.

Fajar sudah mulai merekah, Bapak berkumis itu masih terus memainkan kaki dan tangannya untuk mengendalian bus berbody laksana ini menuju Solo. Tidak ada istirahat pagi ternyata, persis seperti perjalanan dari solo ke jakarta. Saya pun harus menunaikan ibadah sholat shubuh di atas bus yang berjalan. Jam 06.15 bus masuk ke tol krapyak, bus masih melaju konstan, tidak cepat tapi juga tidak bisa dikatakan lambat. Saat mulai masuk di jalur tol semarang ungaran bawen, sang driver menepikan kendaraanya. Dia turun sambil cuci muka dengan air dalam kemasan yang dibawanya.. hehehe.

Penumpang pertama yang turun dari bus ini ternyata di terminal boyolali. Saat masuk terminal ST 2 ini berbarengan dengan ST 1 yang berangkat 20 menit lebih awal. Akhirnya jam 08.40 AD 1439 DG ini mengakhiri perjalanannya di terminal Tirtonadi Solo. 13 jam dan 20 menit, untuk perjalanan di Jumat malam, lumayanlah masih termasuk waktu standar untuk perjalanan Jakarta - Solo.

   

Rabu, 11 Februari 2015

Jakarta oh Jakarta, Banjir dan Macet Selalu Menyertaimu

Jakarta 10 Februari 2015

Masih terasa beratnya perjalanan pulang dari kantor semalam (09.02.2015). Perjalanan yang biasanya butuh waktu 1 jam 30 menit berubah menjadi 4 jam 10 menit. Hujan sepanjang perjalanan, di selingi dengan hiburan naik gerobak untuk menerobos banjir di sekitaran mall ciputra grogol

Siksaan muncul sepanjang jalur grogol sampai pesing. Hujan yang terus mengguyur dan genangan air sekitar 30 cm membuat tubuh semakin menggigil. Macet total di jalur sepanjang kurang dari 3 km ini membuat nafas menjadi sesak. Entah kenapa motor motor yang biasanya tidak berasap itu berubah menjadi ngebul semua.

Dingin dan dahaga membuat raga menjadi lunglai. Hampir semua penjual minuman di pinggir jalan diserbu pembeli. Air minum dalam kemasanpun (AMDK) menjadi barang langka. Setiap bertanya kepenjual ada minuman apa pak/bu? jawabnya rata2 tinggal minuman bersoda.
Berkali kali motor saya sandarkan. mencari tempat duduk dan udara segara. Perut mulai perih dan mual, keringat dinginpun mengucur. Secercah asa kemudian muncul saat terlihat sebuah minimarket di dalam sebuah SPBU asing. Saat masuk ke dalam, minimarket merk luar inipun dah berubah seperti kapal pecah. Antrian mengular, dan makanan yang dijualpun nyaris ludes. Roti dan air minum sudah pada lenyap dari raknya.

Beruntung sebotol air minum beroksigen masih menyelip diantara snack snack ber MSG. Sepertinya minuman ini memang rejeki saya. Tapi siksaan belum berakhir. Antrian pembayaran kasirpun semakin mengular. Pengap di ruang ber AC itupun tak terelakkan. Tubuh ini hampir saja terjungkal kalo saja tangan tidak sempat menyandar. Dengan perjuangan sekitar 20 menit akhirnya transaksi melelahakn tersebut bisa diselesaikan.

Baju basah di dalam jas hujanpun saya lepas. Minyak kayu putihpun langsung diguyurkan untuk sekedar manghangatkan badan. Sedikit biskuit dan air ternyata kembali membuat tubuh ini punya sedikit tenaga.

Supra X PGM F1 kembali saya tunggangi. Macet masih saja terjadi. Ujung dan panggkal kemacetanpun mulai terlihat. Ternyata genangan air sekitar 50 cm di depan KFC gang macan menjadi biang keroknya. Puluhan motor dan beberapa mobil mati dan tak berdaya di sini.

Naik fly over pesing Alhamdulillah jalan langsung lancar. Meskipun masih ada bberap genangan air di sepanjang halte bus transjakarta taman kota tapi lalu lintas masih lancar. Sekitar 20 menit kemudian tepatnya jam 21.13 menit sayapun bisa sampai di rumah.

Kamis, 04 Desember 2014

Pattimura, Nasibmu kini

Pattimura, nasibmu kini...

Sudah lebih dari satu tahun yang lalu engkau pernah ditolak oleh juru parkir di DKI.. Saat itu aku menyodorkanmu pada seorang petugas berompi sebagai tanda jasa menyandarkan sepeda motorku diwilayah kekuasaannya. 2 rb mas katanya.. Malam ini kembali aku menjadi saksi penolakan seorang Jukir di Tangerang terhadapmu. Padahal kemarin-kemarin si petugas berpeluit itu selalu tersenyum saat aku menyodorkanmu sebagai mahar atas jasanya.. Sekarang 2 rb pak, masa BBM naik masih 1000 aja ujarnya..

Oh Pattimura, bagaimana nasibmu kini? Saat ini mungkin hanya pengemis dan kotak amal masjid yang masih menerimamu. Sungguh malang nasibmu pahlawanku.


Minggu, 16 Februari 2014

Antara 34, 119, 138 dan APTB

Poris memang bukan gudangnya bis kota, tapi paling tidak terminal ini juga dilayani beberapa bis kota, yang ternyata penumpangnya juga banyak lho. Coba saja dijam kerja naik bis2 yang pemberangkatan poris, niscaya saat berada di tol Tangerang-jakarta anda akan berdesakan bersama 80-an orang lainnya di dalam bus.

Sehari hari saya mencangkul di daerah Jakarta selatan, tepatnya di Jalan MT Haryono, Tebet. Meski tidak setiap hari naik bis kota ke kekantor tapi paling tidak saya pernah mencoba hampir semua bus kota yang melayani trayek Terminal Poris - kantor saya (Pancoran). Berikut sedikit corat coret saya tentang beberapa bis kota yang saya pakai untuk menuju kantor :

1. Mayasari bakti AC 34 (Poris - Blok M)
Boleh dibilang ini adalah bis favorit saya, saya paling sering menggunakan armada bus ini, meski saya harus turun slipi dan melanjutkan perjalanan ke kantor dengan Transjakarta atau Mayasari P 55. Bis ini dibekali dengan armada armada yang masih relatif baru, Hino AK8. Konfigurasi 59 seat dengan pintu tengah di sasis baru yang lumayan panjang ini membuat tempat duduk di bis ini terasa cukup lega untuk ukuran bis kota. Keunggulan bis ini daripada yang lain adalah jarak antar bisnya yang cukup rapat membuat bis ini tidak pernah ngetem. Rata2 butuh waktu 30 menit dari terminal poris untuk menyeser penumpang sampai akhirnya masuk tol Karawaci.

2. AJA 138 (Poris - Blok M)
Sudah cukup lama saya meninggalkan bis ini. Trayeknya hampir sama dengan AC 34, cuma bis ini terkesan sedikit lelet.. hehe. Saya pernah terlambat mengikuti sebuah training di Slipi gara2 bis ini ngetemnya kelamaan. Kadang butuh waktu 1 jam untuk masuk Tol Slipi. Beberapa kali naik ini bis selalu bisa di blong oleh AC 34 sebelum masuk tol.

3. AJA 119 (Poris - Kampung Melayu)
Jika pengen hemat seharusnya saya naik bis ini, cukup membayar Rp. 6500,- naik dari terminal poris dan langsung turun depan kantor. Kelemahan dari bis ini adalah, bisnya dah cukup tua, serta jumlahnya yang sedikit membuat jarak antar busnya cukup jauh. Lewat sedikit harus menunggu lama untuk dapat bis dibelakangnya. Keunggulannya selain saya bisa langsung turun depan kantor bis ini juga keluar di tol semanggi sehingga tidak perlu bermacet-macet ria di tomang/slipi.

4. APTB 03 (Poris - Taman Anggrek)
Saat bis ini dilauncing tahun 2012 saya langsung bersorak. Masalah yang menimpa saya saat pulang kerja dimana tidak ada bus yang mengantar sampe terminal porispun terpecahkan. Tapi sayang bus ini bertrayek melewati Daan mogot yang terkenal super macet, alhasil jika berangkat kerja naik bis ini saya sering kesiangan sampai kantor. Untuk Kepulangan saya masih bisa mengandalkan bis ini, meski jarak antar bisnya masih terlalu jauh dan lama. 

5. APTB 13 (Poris - Pulogadung)
Merupakan pemain baru di jalur poris. Dengan embel embel terintegrasi busway yang secara teory menawarkan waktu tempuh yang lebih cepat membuat bus yang dioperasikan Mayasari Bakti ini punya masa depan yang nampaknya cukup cerah. Kelemahannya satu, tarifnya cukup mahal Rp. 15.000,-. Tarif ini sama dengan APTB Cikarang - Kalideres yang sudah pasti jaraknya lebih jauh, bahkan masih lebih mahal dari APTB Jakarta Bogor. Untuk keberangkatan ke kantor sepertinya saya masih harus mencoret bis ini maklum meski bisa langsung turun didepan kantor tapi embel embel tarif Rp. 15.000,- terasa masih cukup mahal buat saya.

Dengan berbagai macam pilihan tersebut seharusnya tidak ada kendala untuk tiap hari saya ngantor menggunakan angkutan umum dengan bis kota. Tapi yang jadi kendala kenapa saya masih lebih sering menjadi seorang biker adalah : Saya tidak pernah kesulitan untuk berangkat menuju kantor, tapi saya selalu kesulitan untuk pulang ke rumah saat petang/malam hari. AC 34, 138, dan 119 tidak pernah sampai poris saat petang atau malam hari, jangankan poris, cikokol saja tidak pernah. Bis ini rata2 berputar di daerah karawaci. Artinya saya harus nyambung angkot sampai 3x untuk sampai ke Poris. APTB 03, juga bukan solusi tepat. terkadang saya harus menunggu sampai 45 menit di halte Central Park. APTB 13 belum pernah saya coba di malam hari, tetapi saya selalu liat bis ini selalu berputar arah di bawah fly over cikokol (veteran).

So, ada yang punya saran agar saya bisa sampai rumah dibawah jam 20.00? sehingga saya bisa meninggalkan status sebagai seorang biker? Tapi sarannya jangan disuruh naik KRL ya, saya malas harus oper 3x untuk sampai ke kantor. hehe

Rabu, 27 November 2013

Jakarta - Cirebon with Argo Jati

Kereta api boleh dibilang saat ini menjadi moda transportasi yang paling bisa diandalkan, terutama di sisi ketepatan waktunya. Pesawat udara makin hari makin tak terbendung delaynya. Kepadatan bandara mungkin jadi factor utamanya, disamping factor internal dari maskapai itu sendiri. Bus antar kota juga semakin susah ditebak waktu tempuhnya. Infrastruktur jalan yang buruk dan kepadatan lalu lintas menjadi biang keroknya.


Kemarin, senin tanggal 25 November 2013 saya melakukan perjalanan dengan Kereta Api Argo Jati, kereta yang dari PT KAI diberi nomor 18 ini start dari stasiun Gambir (GMR) jam 17.25 pas sesuai dengan Gapekanya. Kalo gak salah kereta ini membawa 9 rangkaian Gerbong. 6 K1 (kereta penumpang kelas 1), 1 KM1 (kereta makan kelas 1) 1 KP (kereta pembangkit) dan satu kereta barang. Saya tidak memperhatikan betul nomor seri gerbongnya, maklum saja saya bukan railfans, tapi bismania yang sedang mengagumi kinerja PT KAI .. hehe. KA ini ditarik oleh lokomotif CC 203 xxxx, lagi2 saya gak perhatikan nomor seri lokonya.. xixi


Sempat tertahan di stasiun cikini karena padatnya lalu lintas KA di jam sibuk, akhirnya berjalan lancar tanpa hambatan berarti. Baru melintas stasiun klender petugas reska langsung menawari para penumpangnya makanan dan minuman. Meskipun makanan dan minuman di kereta tergolong cukup mahal tapi tidak sedikit kok penumpang yang memesannya. Jam 19.45 kereta ini berhenti di stasiun Jatibarang, cukup 2 menit selanjutnya joss lagi menuju tujuan akhir. Tepat jam 20.15 kereta andalan Daop III Cirebon ini finish di jalur 5 Stasiun Cirebon (CN). Saya pikir kereta ini terlambat dari Gapeka seharusnya, ternyata saat melihat Gapekanya di tiket ternyata jam kedatangan kereta ini seharusnya jam 20.18. Luar biasa bukan? hehehe


Kamis, 07 November 2013

Mengejar Absen Pagi dengan Kuda Putih

 
Saya sangat terkejut saat menelpon nomor HP 08123444xxx, “Bisnya berangkat jam 10.30 mas, nanti masnya harus siap di terminal jam 10.00 ya !” itulah kata agen Haryanto terminal Seloaji Ponorogo. Ternyata keberangkatan bus2 ponorogo sangatlah awal, lebih awal dari bus dari Surabaya, Malang, Madura bahkan Jember sekalipun. "OK pak nanti tiketnya saya bayar pas saya nyampe ponorogo ya!" Jawab saya.  "Gak papa mas" Jawabnya kembali.
 
Setelah malamnya melalui perjalanan datar dan hanya dihiasi dengan tidur akhirnya sekitar jam 9 pagi saya menginjakkan kaki di terminal Seloaji Ponorogo. Saya langsung bergegas mencari Agen PO Haryanto di sana. Ternyata Agen PO yang identik dengan menara Kudus ini jadi satu dengan PO Puspa Jaya. Kesan pertama saya terhadap terminal ini adalah, sepi tanpa gairah. Setelah menebus tiket untuk kepulangan besok, sayapun mengeksplor keindahan kota Ponorogo. Telaga Ngebel, Festival Reog di Alun-alun, Pondok Pesantren Modern Gontor, dan Petilasan Kyai Ageng Muhammad Besari  adalah destinasi yang saya tuju. Kata teman kuliah saya yang menjadi guide tour sehari itu, Ponorogo akan sangat ramai saat menjelang Tahun Baru Hijriah seperti ini. Banyak warganya yang menjadi perantau akan pulang di bulan bulan ini. Grebeg syuro adalah salah satu daya tarik perantau dari daerah ini untuk kembali ke tanah kelahirannya.
 
 
Minggu 3 November 2013
 
Cukup semalam di Ponorogo sayapun menuju terminal Seloaji. Jam 10.15 saya sudah memasuki pelataran terminal type A tersebut. Sesuai janji saya kepada agen HR di sana. Kemarin saat menginjakkan kaki kali pertama di terminal tersebut tampak tidak ada tanda2 gairah bus malam di sana. Ternyata saya salah, bus malam justru terparkir di halaman belakang ini terminal. Kumpulan agen justru berada di wilayah terminal angkutan dalam kota. Laju Prima, Gunung Harta dan Kramat Djati adalah mahluk-mahluk yang banyak memenuh terminal ini, disamping pemain AKDP seperti Restu, Jaya dan Cendana tentunya. Saya sempat bertanya kepada mbak yang menjaga agen HR, tentang bis apa yang menjadi penguasa untuk trayek Ponorogo – Jakarta. “Kramat Djati mas”, katanya. Benar saja, ketika ada pengumuman penumpang Kramat Djati segera memasuki bis langsung saja area di kumpulan agen di sana menjadi sepi. Tidak lama kemudian dari arah belakang nampak rombongan mbak KD meninggalkan terminal. Saya hitung ada sekitar 7 sampai 8 bis yang meninggalkan terminal dalam waktu hampir bersamaan.

Dari Ponorogo ini oleh agen saya dikutkan bus Haryanto dengan kode HR 77. Bus saya sebenarnya adalah HR 95 yang nanti baru bisa saya naiki di terminal Kartosuro.  Bus strat dari Ponorogo jam 11.35, terlambat 1 jam dari jadwal yang sebenarnya. Dari Ponorogo bus ini hanya terisi 3 orang. Saya, Istri saya dan satu penumpang puter kepala yang sudah bisa ditebak dia pasti seorang bismania juga.. hehehe. Menyisir agen2 di Maospati, Ngawi dan Sragen barulah 2/3 dari isi kabin HR 77 terisi. Jam 15.30 HR 77 masuk terminal Kartosuro. Di terminal ini berkumpul sekitar 6 bus HR yaitu HR 53, HR 77, HR 95, HR 107, HR 108 dan HR 06.

Ramai juga penumpang HR di hari itu. Di sana juga nampak bos Muda PO Haryanto, Mas Rian Mahendra yang ikut mengawasi operational HR divisi selatan ini. Saya masih ingat saat Kopdar Haryanto Mania feat BMC Banten di terminal poris, beliau berjanji akan terjun langsung  untuk memperbaiki pelayan HR div Solo dst. Benar saja 2 minggu setelah itu wilayah ini langsung digelontor bis bis baru. :-). Saya jadi berfikir, gimana reaksi pemain pemain lama di jalur itu. Areanya kini diserang oleh pemain baru dengan bus-bus kinyis2 dan tarif murah. Apakah akan ada pergeseran peta persaingan dan strategi bisnis per PO-an di jalur ini? Kita tunggu saja 1 atau 2 tahun mendatang.
 
 
 
Sample picture
 
 
 
Jam 15.46 HR 95 "Kuda Putih" mulai angkat jangkar dari terminal Kartosuro. Larinya cukup trengginas mulai dari Kartosuro sampai menjelang Salatiga, selanjutnya harus ikut jalan klunak klunuk karena kemacetan panjang dari Salatiga sampai Ungaran.. xixixi. Masuk agen Banyumanik sekitar jam 18.15, dan krapyak jam 18.43 lalu minum solar sebanyak banyaknya. Setelah sukses melibas Kramat Djati setra, Gajah Mungkur VIP dan LP 57 kuda putih ini masuk Rumah Makan Menara Kudus. Disana sudah terparkir HR 07 “Pukat” yang bertugas melayani trayek Purwodadi – Poris. Menu rumah makan ini terbilang cukup baik. Setidaknya ada 3 pilihan makanan untuk memanjakan penumpang disini. Pilihannya mulai dari makanan standar service bis malam seperti ayam goreng, oseng2 kacang dan sop, di sini juga tersedia soto ayam dan nasi goreng.
 
Jam 20.15 kuda putih mulai digiring menuju jalan pantura. Joki tengah kuda putih ini langsung memecut tunggangannya untuk berlari. Tanjakan plelen menjadi aksi pertama dari sang joki.  Tanpa mengindahkan antrian kendaraan yang menunggu menanjak, bis ini langsung ambil kanan untuk melibas antrian. Kramat Djati livery orange, Trans Zentrum TZ 20, dan Gunung Mulia Putra harus menyingkir disini. Bukan cuma jago menanjak saja, ternyata si kuda putih juga sangat lihai meliuk luik di jalanan menurun. Garuda Mas new Celcius bisa dilewati di sini.Setelah sempat menurunkan 2 penumpangnya kembali si kuda putih dipacu oleh sang joki. Royal Safari dan Garuda Mas kembali bisa dilewati. LP 75 Legacy SR1 mencoba mengimbangi, tapi ternyata gak bertahan lama. Bus dari group HIBA itu langsung menyerah. KD Orange plat D dan Coyo juga masih terlalu mudah dilewati. Di depan Coyo terlihat Tunggal Dara Legacy SR1 yang terus berusaha menutup jalan si kuda putih. Beberapa kali di serang  baik itu dengan aksi tempel rapat, goyang dari kanan atau kiri si Merah Maron itu selalu bisa membloknya. Bahkan kejar kejaran dua bus ini mampu meminggirkan Laju Prima LP 89. Bus dengan banner Goes to waduk gajah Mungkur itu baru bisa ditaklukkan saat kuda putih sedikit memaksa masuk di sebuh tikungan di tengah kota batang, hehehe bye bye Tunggal Dara.
 
Di Pekalongan TZ 28 dan Kramat Djati Orange D 7658 AE dan HR 07 ternyata masih kalah cepat dengan si kuda putih ini. Selanjutnya saya sudah tidak ingat apa saja aksi kuda putih ini. Buaian Air suspension hasil modifikasi enginer2 Adi putro di sasis HINO RK8 ini membuat saya memasuki gerbang alam mimpi. Saya terbangun saat si kuda putih memburu Gunung Harta di jalanan menuju Tol Kanci. Hahaha, terjadi kejar kejaran sesama pemain baru jalur ponorogo – Jakarta ternyata. Tampaknya si ijo dari Tabanan itu tidak mau begitu saja menyerahkan posisinya ke Kuda Putih. Di Ponorogo sendiri tampaknya si Gunung Harta ini cukup berkembang. Baru sekitar 2 tahun membuka line ini rata2 dalam sehari mereka sudah bisa memberangkatkan 6 bus ke Ibukota. Di Ponorogo sendiri HR memang belum terlalu moncer. Info dari seorang admin HR Mania, paling banyak mereka memberangkatkan 5-6 orang dari kota reog itu. Mungkin karena kondisi itulah yang membuat si ijo itu terus berlari meladeni tantangan si kuda putih. Bus hijau itu terus berlari seakan berkata “dari ponorogo sebelah mana lue, berani berani membalap gue”. Hehehe.
 
Masuk tol Kanci – Palimanan barulah si Gunung Harta bisa ditaklukkan. Di tol ini sang pawang nampak terus memecut tunggangannya dengan keras. Mungkin Bapak ini sadar, hari ini adalah malam senin. Banyak penumpangnya yang butuh sampai tujuan sepagi mungkin. Kuda putih berlari bak kesetanan, Rosalia Indah NL 278, 3 Sinar Jaya, Gajah Mungkur, Famili Raya Ceria, 2 Pahala Kencana nano-nano, Malino Putra, Sedya Mulya dan Dewi Sri adalah daftar korban kecepatannya. Keluar tol palimanan kembali kuda putih ini menyingkirkan Pahala Kencana SR1, 2 Sinar Jaya Proteus, Bus Parwis BGS trans, dan Sinar Jaya 72 dx serta 26 dx. Tidak diduga BGS trans kembali menyodok ke depan saat laju si kuda putih tertahan oleh sebuah truk. Kuda putih langsung bereaksi, BGS Trans langsung dikejar, tapi bus pariwisata ber plat R 1600 AE itu keburu lari terbirit birit sambil melewati Pahala Kencana. Setelah terus menerus ditekan oleh kuda putih si BGS pun menyerah. Lepas BGS si kuda putih masih harus menyingkirkan beberapa Sinar Jaya. Tampaknya itu adalah jamnya para laskar pelangi dari purwokerto/wonosobo melintas.
 
Lepas dari rombongan sinar jaya kuda putih seakan menjadi raja jalanan. Membelah pantura indramayu dengan kencang tanpa ada perlawanan berarti. Gunung Mulia Nucleus, Laju Prima LP 74, dan ALS belum bisa dikatakan sebagai lawan yang sepadan. Demikian juga dengan Kramat Djati “SAMIN” B 7530 PV, Garuda Mas Euroliner, dan Setia Negara. Aksi monoton tanpa lawan sebanding membuat saya kembali tertidur. Terbangun saat si kuda putih terjebak dalam kemacetan di daerah Cikalong. Entah sudah berapa lama bus ini tertahan, yang pasti posisinya ada di sebelah kiri. Jam saat itu menunjukkan pukul 01.38. Saya hanya bisa memandangi belasan bus bus malam yang nekat merampok jalur lawan. Pahala Kencana, Kramat Djati, Sinar Jaya, HR 05, bahkan pemain kalem seperti Dewi Sri dan Purwowidodo. Setelah cukup lama tertahan kuda putih mulai mencoba merangsek ke jalur 2. Setelah mendapat info dari sesama driver HR yang sudah ngeblong jalur kanan duluan sang driver tengah membawa kuda putih ini mengambil jalur 3. hehehe. Sudahlah saya tidak akan menceritakan panjang lebar bagaimana aksi ngeblong jalur lawan ini dilakukan, Yang pasti kemacetan terjadi sampai Simpang Jomin. Jika terus bertahan di jalur yang benar mungkin bisa hilang waktu lebih dari 1 jam.
 
Sang driver tengah mengarahkan kuda putih ini mengarah ke Cikampek menuju Klari, karena permintaan sekitar 4 penumpang bis ini yang hendak turun klari. Sekitar jam 03.05 kuda putih diarahkan oleh driver pinggir masuk tol Karawang timur. Masih dini hari, tol Jakarta – Cikampek masih lancar. Kuda putih kembali dipacu sekencang mungkin. Jam 04.03 bus ini keluar tol Slipi Jaya, dan akhirnya jam 04.32 bus ini masuk ke terminal Poris Plawad. Saya pun mengakhiri perjalanan di sini. Wajah sumringah ditunjukkan istri saya saat turun dari bus. Bisa tidur pulas karena kenyamanan suspesnsi udara dari kuda putih dan yang pasti tidak akan terlambat ngantor di hari senin pagi. Sekitar 10 menit kemudian saya sampai dirumah, sholat subuh dan melanjutkan tidur kembali.