Saya sangat terkejut saat menelpon nomor HP 08123444xxx, “Bisnya berangkat jam 10.30 mas, nanti masnya harus siap di terminal jam 10.00 ya !” itulah kata agen Haryanto terminal Seloaji Ponorogo. Ternyata keberangkatan bus2 ponorogo sangatlah awal, lebih awal dari bus dari Surabaya, Malang, Madura bahkan Jember sekalipun. "OK pak nanti tiketnya saya bayar pas saya nyampe ponorogo ya!" Jawab saya. "Gak papa mas" Jawabnya kembali.
Setelah malamnya melalui perjalanan datar dan hanya dihiasi dengan tidur akhirnya sekitar jam 9 pagi saya menginjakkan kaki di terminal Seloaji Ponorogo. Saya langsung bergegas mencari Agen PO Haryanto di sana. Ternyata Agen PO yang identik dengan menara Kudus ini jadi satu dengan PO Puspa Jaya. Kesan pertama saya terhadap terminal ini adalah, sepi tanpa gairah. Setelah menebus tiket untuk kepulangan besok, sayapun mengeksplor keindahan kota Ponorogo. Telaga Ngebel, Festival Reog di Alun-alun, Pondok Pesantren Modern Gontor, dan Petilasan Kyai Ageng Muhammad Besari adalah destinasi yang saya tuju. Kata teman kuliah saya yang menjadi guide tour sehari itu, Ponorogo akan sangat ramai saat menjelang Tahun Baru Hijriah seperti ini. Banyak warganya yang menjadi perantau akan pulang di bulan bulan ini. Grebeg syuro adalah salah satu daya tarik perantau dari daerah ini untuk kembali ke tanah kelahirannya.
Minggu 3 November 2013
Cukup semalam di Ponorogo sayapun menuju terminal Seloaji. Jam 10.15 saya sudah memasuki pelataran terminal type A tersebut. Sesuai janji saya kepada agen HR di sana. Kemarin saat menginjakkan kaki kali pertama di terminal tersebut tampak tidak ada tanda2 gairah bus malam di sana. Ternyata saya salah, bus malam justru terparkir di halaman belakang ini terminal. Kumpulan agen justru berada di wilayah terminal angkutan dalam kota. Laju Prima, Gunung Harta dan Kramat Djati adalah mahluk-mahluk yang banyak memenuh terminal ini, disamping pemain AKDP seperti Restu, Jaya dan Cendana tentunya. Saya sempat bertanya kepada mbak yang menjaga agen HR, tentang bis apa yang menjadi penguasa untuk trayek Ponorogo – Jakarta. “Kramat Djati mas”, katanya. Benar saja, ketika ada pengumuman penumpang Kramat Djati segera memasuki bis langsung saja area di kumpulan agen di sana menjadi sepi. Tidak lama kemudian dari arah belakang nampak rombongan mbak KD meninggalkan terminal. Saya hitung ada sekitar 7 sampai 8 bis yang meninggalkan terminal dalam waktu hampir bersamaan.
Dari Ponorogo ini oleh agen saya dikutkan bus Haryanto dengan kode HR 77. Bus saya sebenarnya adalah HR 95 yang nanti baru bisa saya naiki di terminal Kartosuro. Bus strat dari Ponorogo jam 11.35, terlambat 1 jam dari jadwal yang sebenarnya. Dari Ponorogo bus ini hanya terisi 3 orang. Saya, Istri saya dan satu penumpang puter kepala yang sudah bisa ditebak dia pasti seorang bismania juga.. hehehe. Menyisir agen2 di Maospati, Ngawi dan Sragen barulah 2/3 dari isi kabin HR 77 terisi. Jam 15.30 HR 77 masuk terminal Kartosuro. Di terminal ini berkumpul sekitar 6 bus HR yaitu HR 53, HR 77, HR 95, HR 107, HR 108 dan HR 06.
Ramai juga penumpang HR di hari itu. Di sana juga nampak bos Muda PO Haryanto, Mas Rian Mahendra yang ikut mengawasi operational HR divisi selatan ini. Saya masih ingat saat Kopdar Haryanto Mania feat BMC Banten di terminal poris, beliau berjanji akan terjun langsung untuk memperbaiki pelayan HR div Solo dst. Benar saja 2 minggu setelah itu wilayah ini langsung digelontor bis bis baru. :-). Saya jadi berfikir, gimana reaksi pemain pemain lama di jalur itu. Areanya kini diserang oleh pemain baru dengan bus-bus kinyis2 dan tarif murah. Apakah akan ada pergeseran peta persaingan dan strategi bisnis per PO-an di jalur ini? Kita tunggu saja 1 atau 2 tahun mendatang.
Dari Ponorogo ini oleh agen saya dikutkan bus Haryanto dengan kode HR 77. Bus saya sebenarnya adalah HR 95 yang nanti baru bisa saya naiki di terminal Kartosuro. Bus strat dari Ponorogo jam 11.35, terlambat 1 jam dari jadwal yang sebenarnya. Dari Ponorogo bus ini hanya terisi 3 orang. Saya, Istri saya dan satu penumpang puter kepala yang sudah bisa ditebak dia pasti seorang bismania juga.. hehehe. Menyisir agen2 di Maospati, Ngawi dan Sragen barulah 2/3 dari isi kabin HR 77 terisi. Jam 15.30 HR 77 masuk terminal Kartosuro. Di terminal ini berkumpul sekitar 6 bus HR yaitu HR 53, HR 77, HR 95, HR 107, HR 108 dan HR 06.
Ramai juga penumpang HR di hari itu. Di sana juga nampak bos Muda PO Haryanto, Mas Rian Mahendra yang ikut mengawasi operational HR divisi selatan ini. Saya masih ingat saat Kopdar Haryanto Mania feat BMC Banten di terminal poris, beliau berjanji akan terjun langsung untuk memperbaiki pelayan HR div Solo dst. Benar saja 2 minggu setelah itu wilayah ini langsung digelontor bis bis baru. :-). Saya jadi berfikir, gimana reaksi pemain pemain lama di jalur itu. Areanya kini diserang oleh pemain baru dengan bus-bus kinyis2 dan tarif murah. Apakah akan ada pergeseran peta persaingan dan strategi bisnis per PO-an di jalur ini? Kita tunggu saja 1 atau 2 tahun mendatang.

Jam 15.46 HR 95 "Kuda Putih" mulai angkat jangkar dari terminal Kartosuro. Larinya cukup trengginas mulai dari Kartosuro sampai menjelang Salatiga, selanjutnya harus ikut jalan klunak klunuk karena kemacetan panjang dari Salatiga sampai Ungaran.. xixixi. Masuk agen Banyumanik sekitar jam 18.15, dan krapyak jam 18.43 lalu minum solar sebanyak banyaknya. Setelah sukses melibas Kramat Djati setra, Gajah Mungkur VIP dan LP 57 kuda putih ini masuk Rumah Makan Menara Kudus. Disana sudah terparkir HR 07 “Pukat” yang bertugas melayani trayek Purwodadi – Poris. Menu rumah makan ini terbilang cukup baik. Setidaknya ada 3 pilihan makanan untuk memanjakan penumpang disini. Pilihannya mulai dari makanan standar service bis malam seperti ayam goreng, oseng2 kacang dan sop, di sini juga tersedia soto ayam dan nasi goreng.
Jam 20.15 kuda putih mulai digiring menuju jalan pantura. Joki tengah kuda putih ini langsung memecut tunggangannya untuk berlari. Tanjakan plelen menjadi aksi pertama dari sang joki. Tanpa mengindahkan antrian kendaraan yang menunggu menanjak, bis ini langsung ambil kanan untuk melibas antrian. Kramat Djati livery orange, Trans Zentrum TZ 20, dan Gunung Mulia Putra harus menyingkir disini. Bukan cuma jago menanjak saja, ternyata si kuda putih juga sangat lihai meliuk luik di jalanan menurun. Garuda Mas new Celcius bisa dilewati di sini.Setelah sempat menurunkan 2 penumpangnya kembali si kuda putih dipacu oleh sang joki. Royal Safari dan Garuda Mas kembali bisa dilewati. LP 75 Legacy SR1 mencoba mengimbangi, tapi ternyata gak bertahan lama. Bus dari group HIBA itu langsung menyerah. KD Orange plat D dan Coyo juga masih terlalu mudah dilewati. Di depan Coyo terlihat Tunggal Dara Legacy SR1 yang terus berusaha menutup jalan si kuda putih. Beberapa kali di serang baik itu dengan aksi tempel rapat, goyang dari kanan atau kiri si Merah Maron itu selalu bisa membloknya. Bahkan kejar kejaran dua bus ini mampu meminggirkan Laju Prima LP 89. Bus dengan banner Goes to waduk gajah Mungkur itu baru bisa ditaklukkan saat kuda putih sedikit memaksa masuk di sebuh tikungan di tengah kota batang, hehehe bye bye Tunggal Dara.
Di Pekalongan TZ 28 dan Kramat Djati Orange D 7658 AE dan HR 07 ternyata masih kalah cepat dengan si kuda putih ini. Selanjutnya saya sudah tidak ingat apa saja aksi kuda putih ini. Buaian Air suspension hasil modifikasi enginer2 Adi putro di sasis HINO RK8 ini membuat saya memasuki gerbang alam mimpi. Saya terbangun saat si kuda putih memburu Gunung Harta di jalanan menuju Tol Kanci. Hahaha, terjadi kejar kejaran sesama pemain baru jalur ponorogo – Jakarta ternyata. Tampaknya si ijo dari Tabanan itu tidak mau begitu saja menyerahkan posisinya ke Kuda Putih. Di Ponorogo sendiri tampaknya si Gunung Harta ini cukup berkembang. Baru sekitar 2 tahun membuka line ini rata2 dalam sehari mereka sudah bisa memberangkatkan 6 bus ke Ibukota. Di Ponorogo sendiri HR memang belum terlalu moncer. Info dari seorang admin HR Mania, paling banyak mereka memberangkatkan 5-6 orang dari kota reog itu. Mungkin karena kondisi itulah yang membuat si ijo itu terus berlari meladeni tantangan si kuda putih. Bus hijau itu terus berlari seakan berkata “dari ponorogo sebelah mana lue, berani berani membalap gue”. Hehehe.
Masuk tol Kanci – Palimanan barulah si Gunung Harta bisa ditaklukkan. Di tol ini sang pawang nampak terus memecut tunggangannya dengan keras. Mungkin Bapak ini sadar, hari ini adalah malam senin. Banyak penumpangnya yang butuh sampai tujuan sepagi mungkin. Kuda putih berlari bak kesetanan, Rosalia Indah NL 278, 3 Sinar Jaya, Gajah Mungkur, Famili Raya Ceria, 2 Pahala Kencana nano-nano, Malino Putra, Sedya Mulya dan Dewi Sri adalah daftar korban kecepatannya. Keluar tol palimanan kembali kuda putih ini menyingkirkan Pahala Kencana SR1, 2 Sinar Jaya Proteus, Bus Parwis BGS trans, dan Sinar Jaya 72 dx serta 26 dx. Tidak diduga BGS trans kembali menyodok ke depan saat laju si kuda putih tertahan oleh sebuah truk. Kuda putih langsung bereaksi, BGS Trans langsung dikejar, tapi bus pariwisata ber plat R 1600 AE itu keburu lari terbirit birit sambil melewati Pahala Kencana. Setelah terus menerus ditekan oleh kuda putih si BGS pun menyerah. Lepas BGS si kuda putih masih harus menyingkirkan beberapa Sinar Jaya. Tampaknya itu adalah jamnya para laskar pelangi dari purwokerto/wonosobo melintas.
Lepas dari rombongan sinar jaya kuda putih seakan menjadi raja jalanan. Membelah pantura indramayu dengan kencang tanpa ada perlawanan berarti. Gunung Mulia Nucleus, Laju Prima LP 74, dan ALS belum bisa dikatakan sebagai lawan yang sepadan. Demikian juga dengan Kramat Djati “SAMIN” B 7530 PV, Garuda Mas Euroliner, dan Setia Negara. Aksi monoton tanpa lawan sebanding membuat saya kembali tertidur. Terbangun saat si kuda putih terjebak dalam kemacetan di daerah Cikalong. Entah sudah berapa lama bus ini tertahan, yang pasti posisinya ada di sebelah kiri. Jam saat itu menunjukkan pukul 01.38. Saya hanya bisa memandangi belasan bus bus malam yang nekat merampok jalur lawan. Pahala Kencana, Kramat Djati, Sinar Jaya, HR 05, bahkan pemain kalem seperti Dewi Sri dan Purwowidodo. Setelah cukup lama tertahan kuda putih mulai mencoba merangsek ke jalur 2. Setelah mendapat info dari sesama driver HR yang sudah ngeblong jalur kanan duluan sang driver tengah membawa kuda putih ini mengambil jalur 3. hehehe. Sudahlah saya tidak akan menceritakan panjang lebar bagaimana aksi ngeblong jalur lawan ini dilakukan, Yang pasti kemacetan terjadi sampai Simpang Jomin. Jika terus bertahan di jalur yang benar mungkin bisa hilang waktu lebih dari 1 jam.
Sang driver tengah mengarahkan kuda putih ini mengarah ke Cikampek menuju Klari, karena permintaan sekitar 4 penumpang bis ini yang hendak turun klari. Sekitar jam 03.05 kuda putih diarahkan oleh driver pinggir masuk tol Karawang timur. Masih dini hari, tol Jakarta – Cikampek masih lancar. Kuda putih kembali dipacu sekencang mungkin. Jam 04.03 bus ini keluar tol Slipi Jaya, dan akhirnya jam 04.32 bus ini masuk ke terminal Poris Plawad. Saya pun mengakhiri perjalanan di sini. Wajah sumringah ditunjukkan istri saya saat turun dari bus. Bisa tidur pulas karena kenyamanan suspesnsi udara dari kuda putih dan yang pasti tidak akan terlambat ngantor di hari senin pagi. Sekitar 10 menit kemudian saya sampai dirumah, sholat subuh dan melanjutkan tidur kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar