Saya punya hoby yang sedkit nyeleneh, yaitu suka akan bis. Jadi kemana2 saya lebih suka naik bis dari pada naik angkutan/kendaraan lainnya. Untuk merekam hoby saya naik bis tersebut biasanya saya membuat sebuah cacatan akan perjalanan tersebut. Berikut salah satunya :
Selasa 28 Mei 2013 jam 07.35 taksi biru yang mengantar saya sudah tiba di stasiun gambir. Hmm makin elit saja nih stasiun, gerai2 penjual makanan sudah bukan kelas ecek2 lagi. Brand2 nasional dan internasional sudah pada berkumpul disitu.Sempat mampir di toilet yang berada di luar area peron ternyata juga sudah free of charge, dulu hanya yang di area dalam yang gratis. Stasiun ini sudah benar2 bersolek, sudah tidak kalah dengan bandara. Kapan ya terminal bisa berubah seperti ini juga? hehehe.
Royal Class lampung langsung naik pak? tanyaku pada beberapa bapak2 yang berseragam kementrian perhubungan berlabel Damri di lengan. Iya mas naik aja, itu bisnya bisnya yang warna merah, Jawab salah satu bapak dengan menunjuk arah bus merah yang sedikit tersembunyi diantara bus2 berwarna warna silver. Sudah ada beberapa penumpang di dalamnya. Saat beli tiket hari minggunya saya sudah tidak mendapat seat tunggal disebah kiri, tapi alhamdulillah hot seat nomor 3 bisa saya amankan.
Jam 07.55 asissten Driver membagikan snack pada semua penumpang, dan jam 08.05 bus inipun lepas landas dari parkiran Gambir. 21 seat yang dibenamkan diatas sasis MB 1526 ini semua terisi, padahal ini bukan week end, bahkan tadi sempat ada 2 penumpang yang akan membeli tapi dah tidak kebagian tiket bus ini. Kata ibu2 disamping saya yang hampir setiap bulan bolak balik Lampung Jakarta bis ini hampir selalu penuh, hampir mustahil dapat tiket kalo beli mendadak seperti dua orang tadi. Lampung memang lumbung emas bagi PO pelat merah ini. Kata teman kantor saya di Lampung, untuk yang kelas yang biasa (eksekutif dan bisnis AC) saja bisa berangkat 4 sampai 5 bus dari gambir, luar biasa bukan. Padahal PO saingannya justru gulung tikar dalam waktu yang lumayan singkat.
Butuh waktu sekitar 25 menit untuk membelah kemacetan Tomang Raya sampai akhirnya masuk tol Jakarta Merak di jam 08.30. Terlihat kepadatan lalu lintas di dalam tol yang mengarah jakarta, ekor kepadatan itu hampir menyentuh rest area di km 14. Di area Meruya saya sempat melihat bus Nusantara jurusan Palembang-Kudus yang ikut terjebak dalam kemacetan. Ahirnya bisa juga melihat bus itu melintas, dengar-dengar terobosan Nusantara membuka line Kudus - Palembang tidak terlalu memuaskan, okupansi penumpangnya sangat sedikit, benarkah demikian? Perjalanan Tangerang sampai merak dilalui dengan standar saja, bus dipacu oleh driver setengah baya ini dengan kecepatan rata-rata di jalan tol. Angka 100 Kpj sepertinya menjadi angka kramat yang tidak boleh dilewati. Aksi jaga jarak dan selalu mengambil jalur kiri saat jalanan kosong cukup sebagai bukti bahwa driver bus ini adalah pengemudi yang santun dalam berkendara. Jalur kanan benar2 hanya difungsikan untuk mendahului kendaraan di depannya.
Jam 9.45 bus berwarna merah sudah mencapai gate tol merak, dan hanya butuh waktu sekitar 15 menit untuk langsung masuk ke KM Rajabasa 1 di dermaga satu pelabuhan merak. Yang menarik disini ternyata bus ini menggunakan jasa pemandu untuk menuju ke kapal. Entah apa status dari pemandu ini, yang pasti dia naik dari pintu gerbang dermaga untuk selanjutnya membimbing driver bus kami menuju kapal yang benar2 sudah siap berangkat. Saat bis mencapai pintu kapal barulah sang pemandu tersebut turun. Tepat jam 10.20 terompet besar dari kapal motor inipun berdengung, yang menjadi tanda kapal ini angkat jangkar dari pelabuhan.
Perjalanan selama 2,5 jam di dalam kapal saya habiskan untuk menonton TV kabel di ruang eksekutif. Untuk memakai jasa ruang eksekutif ini saya harus menambah lagi Rp. 10.000 kepada petugas yang menarik ongkos saat kapal sudah berlayar menuju pulau sumatera. Jam 12.40 kapalpun sandar di pelabuhan Bakauheni, setelah mengantri keluar sekitar 12 menit akhirnya tepat jam 12.52 busyang saya naiki keluar dari lambung kapal KM Rajabasa 1 yang langsung disambut dengan gerimis. Baru berjalan sekitar 40 menit bus ini pun berhenti di Rumah Makan Siang Malam di daerah Kalianda. Saya heran, penumpangnya tidak ada yang turun. Crew juga tidak mengumumkan berapa lama kita akan berhenti. Melihat tidak ada penumpang yang turun sayapun ikut terdiam di dalam bus.. hehe. 15 menit berlalu perut sudah tidak bisa dikompromi untuk diisi. Khawatir nanti mengganggu jadwal perjalanan akhirnya sayapun memilih untuk membeli mie instan kemasan cup sebagai sarana untuk mengganjal perut. Benar saja baru saja naik bus untuk menikmati mie instan panas crew buspun naik dan langsung kembali melanjutkan perjalanan. Total waktu istirahat di rumah makan ini sekitar 20 menit.
Perjalanan di etape terakhir ini cukup menarik, jalanan yang hanya dua ruas dengan kontur berkelok dan naik turun menjadi hiburan tersendiri. Benar kata orang2 di line sumatera tidak perlu aksi injak gas dalam2 seperti di pantura. Kelincahan driver memutar lingkar kemudi yang disinergikan dengan perpindahan kaki kanan dalam memainkan pedal gas dan rem menjadi kunci utama di jalur ini. Terlihat skill driver bus ber nopol BE 2665 AU sangat mumpuni, dia mampu membawa kendaraan besar ini dengan halus tapi cukup cepat. Ya jelas mumpunilah, untuk menjadi pilot di bus dengan kelas tertinggi di suatu PO pastilah dia merupakan salah satu driver terbaik di PO tersebut. Satu lagi yang menarik di bus ini, tidak ada crew dan penumpang yang merokok, meskipun di bus ini disediakan smooking area yang dilengkapi dengan pemanas air untuk menyeduh teh atau kopi. Mungkin karena sekitar 70% penumpang bis ini adalah wanita ya.. hehe.
Akhirnya tepat jam 15.35 saya mengakhiri perjalanan di stasiun Tanjung Karang Bandar Lampung. Perjalanan selama 7,5 jam yang cukup menarik yang terbagi menjadi 3 etape. 2,5 jam pertama untuk Jakarta-Merak, 2,5jam kedua untuk Merak-Bakauheni dan 2,5 jam terakhir untuk etape Bakauheni-Bandar Lampung. Tiket seharga 175 rb untuk weekday yang sekilas terlihat mahal itu saya rasa masih pantas dijadikan alternatif perjalanan ke Lampung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar