Jumat, 12 Juli 2013

Catatan Perjalanan : Tetap Tidur Meski Berada di Lambung Singa yang Berlari

Sampai diterminal Jepara aku langsung menuju ke deretan agen yang menurutku lebih pas disebut counter penjualan tiket bis malam. Entah kenapa mataku langsung tertuju ke agen Nusantara. Langsung bertanya untuk keberangkatan nanti malam (30 Juni 2012) dengan tujuan poris/ grogol/ kalideres. "Poris habis mas, yang ada grogol kelas eksekutif mas" kata mbak agennya. "NS 01 ada mbak"tanyaku kembali. Dijawab tinggal 1seat mas. Waduh gak jadi deh, masak mau balapan lagi ma Istriku ? Hehehe. "Iya udah mbak ambil yang grogol 2 seat !", tegasku. 280 rb menjadi angka yang harus kubayar untuk mendapatkan dua dari 34 kursi NS 18 tujuan Rawamangun – Grogol. Setahuku hampir semua Nusantara tujuan Grogol-Daan Mogot adalah singa-singa Swedia.

Setelah selesai dengan urusan tiket pulang maka kamipun bergegas menuju pantai Kartini. Info dari mbak agen, tarif becak kesana 5-10 rb. Setelah tanya ke Bapak joki becak malah minta 15 rb. Ya sudahlah naek aja meski tahu kalau itu kemahalan, hitung-hitung tarif liburan wong tiket bisnya aja naek kok.. hehehe. Ternyata pak becak mengarahkan kami ke dermaga penyebrangan menuju pulau Karimun Jawa. Sampai di sana kami langsung saja cari toilet dan sarapan pagi untuk selanjutnya masuk ke obyek wisata pantai kartini. Karena ada pintu setengah terbuka di dekat warung nasi maka aku bisa langsung masuk ke obyek wisata pantai kartini tanpa harus melewati pintu penarikan retribusi,, hehehe. Maaf ya buat Pemda Jepara ke hadiranku ke kota ukir ini tidak menyumbang APBD sama sekali. Berarti hitungan aku naik becak tadi murah banget cuma 5 rb, yang 10 ribu sebagai ongkos masuk obyek wisata..

Karena istriku selalu tidak nyaman kalau harus mandi di kamar mandi umum maka kami putuskan untuk menyewa penginapan untuk sekedar sebagai tempat mandi dan ganti baju. Sebuah kamar mungil tanpa AC dihargai 70 rb untuk sewa sampai sore hari. Saat proses check in tak lupa pemilik penginapan menanyakan status kami apakah suami istri ? Takut kami sebagai pasangan yang tidak jelas yang mau short time kali ya ?? hehehe. Bagus tuh proteksinya pak !. Kurang lebih 5 jam menghabiskan waktu di pantai kartini (plus makan, mandi, dan tidur siang..hehe) akhirnya kamipun meninggalkan obyek wisata andalan Jepara tersebut. Sore itu kami putuskan untuk jalan kaki "so" tawaran dari beberapa penarik becak kami tangguhkan. Sekitar setengah 4 sore sampailah kami di terminal Jepara. Disana tampak ada bus berwarna putih dengan tulisan MJCM Trans jurusan Denpasar. Sayang aku tidak sempat memfoto itu bis yang keburu kabur duluan saat aku sedang mencari makan. Karena tidak selera dengan makanan yang ditawarkan pedagang di dalam terminal maka kamipun mencari makan di luar terminal.

Jam 4 sore lebih sedikit kamipun kembali ke terminal. Kondisi masih sepi hanya ada KD dan Bandung ekspress yang sedang mandi. Sekitar jam setengah 5 barulah bus datang satu persatu. Dimulai dari Muji Jaya Biru, Shantika 2C, Selamet, dan Pahala Kencana, MJ 046, Bejeu B10 dan terakhir Nusantara NS 048. NS 048 ini sebagai bus langsir untuk seluruh penumpang NS di Jepara, baik itu tujuan Surabaya Malang maupun Jabodetabek.

Jam 17.10 NS 48 yang merupakan bus kelas Patas bertoilet / VIP Jurusan Surabaya dan Malang meninggalkan terminal Jepara. Sepanjang perjalanan bus ini berhenti di beberapa agen yang tersebar dia jalan utama Jepara – Kudus. Disini aku bisa melihat betapa luar biasanya potensi penumpang bus malam sepanjang jalur Jepara-Kudus tersebut. Setiap ada kumpulan agen bus malam dilewati pasti akan dijumpai pemandangan berjibunnya penumpang yang sedang menunggu armadanya masing-masing. Padahal saat itu adalah hari sabtu yang sebenarnya bukan merupakan puncak arus balik menuju ibukota atau kota-kota besar lainnya. Pemandangan seperti ini ini hampir tidak pernah kudapati di daerah asalku. Bahkan Nusantara yang hanya menyediakan bus feeder dari Jepara juga mampu menikamati kue yang cukup besar di sini. Tercatat semua kursi di NS 48 ini penuh terisi dan 1 orang harus duduk di bangku CB (bangku kernet).

Sekitar jam 18.30 buskupun masuk ke terminal kudus. Terminal ini terlihat cukup bergairah di malam hari. Di sana telah terparkir belasan bus Nusantara dan beberapa bus dari Haryanto, Shantika serta Muji Jaya. Awalnya aku kesulitan menemukan busku, karena ada 2 bis yang tidak ada papan kodenya. Saat sibuk mencari busku aku melihat beberapa pemuda yang sedang berkumpul. Beberapa orang diantara pemuda tersebut menggunakan seragam kebanggan BMC. Langsung saja aku sapa mereka sambil memperkenalkan diri. Dua rekan yang sempat menemaniku mencari NS 18 adalah sdr Suceng yang merupakan adik dari Wapres BMC Banten Mas Bejo dan rekan satu lagi saya lupa namanya.. , maaf ya mas aku memang paling susah menghafal nama. Baru ngobrol sebentar ternyata ada panggilan penumpang NS 18 diminta naek bus. Walah ternyata busku adalah scania berbaju setra livery Manhattan City dengan nopol K 1567 BB yang lagi parkir di sebelah NS 48 yang kunaiki tadi toh? Gak ada papan namanya sih..

Jam 18.50 HS 198 Scania entah seri K 114 atau K 124 atau mungkin juga seri yang lain (maklum sangat gak ngerti tentang bus asal swedia) bergerak meninggalkan terminal Kudus. Sign kiri untuk masuk garasi kantor pusat Nusantara dan mengambil penumpang. Urusan mampir garasi selesai kemudian tancap gas. Mampir agen demak sejenak untuk ambil penumpang dan kemudian tancap gas lagi. Belum lama berjalan ternyata mampu melewati Haryanto mightnigh. Style berlari dari HS 198 ini ternyata cukup garang juga. Buktinya selain si Mightnigh Pahala Kencana B 7170 WV jurusan Jakarta – Bangilan juga bisa di singgirkan tanpa perlawanan berarti. Masuk agen genuk, ambil penumpang terakhir dan selanjutnya langsung injak pedal gas di dalam tol. Di tol ternyata singa daratan ini hanya mampu melewati Kramad Djati D 7520 AD livery baru dan bus Pariwisata SAM tour. Keluar tol langsung disambut kemacetan. Gak butuh lama untuk memutuskan ikut goyang kanan bersama Tunggal Daya yang memanggul pagupon, PK Proteus dan Haryanto Phoebus 29. Aksi 4 bis beda perusahaan ini sedikit membuat macet jalur sebaliknya.. hehehe. Lepas macet sebentar kembali dihadang kemcetan di Mangkang. Kembali goyang kanan bareng dengan di Phoebus, PK dan Haryanto ungu Setra. Ternyata ekor kemacetan dari arah timur sampai lingkar Kaliwungu-Kendal. Tidak terasa ternyata lampu kabin sudah menyala dan bus kami sudah berada di Rumah Makan Sari Rasa. Saat itu jam menunjukkan angka 21.50 dimana kami parkir dibelakang NS 71, NS 86 dan NS 04.

Menghabiskan waktu cukup lama di Rumah Makan Sari Rasa, entah apa yang ditunggu padahal seluruh penumpang sudah on position. Jam 21.35 barulah singa Swedia yang kami tunggangi meninggalkan rumah makan yang cukup banyak disinggahi bus-bus malam baik dari ranah muria, solo, wonogiri bahkan dari Ponorogo dan Kediri tersebut. Baru berjalan langsung bisa menerkam Rosalia Indah NL 366 sepertinya masih gontai karena kekenyangan. Di Tanjakan plelen bersama dengan Shantika nomor 5 dan Haryanto Destroyer memaksa minggir bis-bis renta yang sedang terengah-engah menanjak. Bandung Ekspres, OBL, Bayu Megah dan Bogor Indah merupakan daftar bus-bus yang sedang berjuang melewati dataran tinggi alas roban tersebut. Lepas tanjakan plelen Shantika merah muda dengan kode 5 berhasil di lewati tanpa kesulitan berarti. Ternyata bus yang sehari sebelumnya kunaiki tersebut memang tidak terlalu ngonyo berlari, pantas saja aku bisa tertidur pulas di dalamnya.

Perlawanan seru justru ditunjukkan oleh bus yang terliat sudah cukup kusam. Selamet dengan livery Naruto entah bermesin apa cukup susah ditaklukkan. Setiap hendak diterkam di Selamet tua tersebut selalu mampu berkelit diantara badan bongsor truk-truk jalur pantura. Setelah cukup lama diintimidasi akhirnya Selamet Naruto menyerah juga. Tidak cukup dengan si Selamet singaku pun terus mengejar mahluk2 sejenis. Haryanto Jetbus Phoebus dengan stiker sholawat nabi, dan GMS masih terlalu mudah untuk ditaklukan. Kejar-kejaran seru terjadi ketika singa HS 198 yang kunaiki berusaha menaklukkan Laju Prima Jetbus Morodadi. Ternyata Laju Prima yang sedang menempel ketat Haryanto Destroyer 46 dan 2 NS Primer class tersebut tidak mau kalah dengan singaku. Kulihat Istriku juga menikmati kejaran bus malam di pantura Jateng tersebut, bahkan dia membantuku mengidentifikasi lawan-lawan kami dimalam itu. . NS 93 Primer class menjadi kontestan pertama yang menyerah dari kejar-kejaraan 5 bus malam tersebut. Saat lagi asyik kejar kejara Haryanto Destroyer malah sign kiri di depan toko penjual makanan ringan. Ternyata busku justru ikut ikutan berhenti. Terlihat assisten driver dari Haryanto lebih cekatan dalam belanja makanan daripada asisten driver busku. Hasilnya Haryanto bisa segera meninggalkan busku kembali. Saat berhenti untuk membeli cemilan bagi para crew terlihat GMS, Shantika 5, OBL dan Selamet Naruto kembali melewati busku. Selain bus2ku yang tadi sudah pernah dipinggirkan ada lagi kontestan baru yang ikut melewati busku yaitu Shantika Diamond Class.

Kembali menapaki jalur pantura NS 18 ini harus berjuang keras mengejar mangsa-mangsanya. OBL Setra yang ternyata jurusan Klaten-Bogor menjadi korban pertama. Saat traffic light menyala merah, singaku berhasil bersebelahan dengan Naruto. Begitu lampu berubah menjadi hijau langsung pedal gas diinjak dalam-dalam yang membuat Naruto langsung tercecer jauh dibelakang. Di Pekalongan GMS kembali di Over Take. Tidak lama setelah GMS Shantika merah 5 dan NS 93 juga bisa terlewati dengan mudah. Tak terasa akupun tak sadarkan diri dalam alam mimpi. Terbangun saat busku melaju kencang di jalanan yang cukup sepi. Entah bagaimana hasil kejar-kejaran tadi, tapi dalam mimpiku aku merasa bisku berhasil menyodok tempat pertama.. hehehe. Semula aku mengira posisi kami masih berada di derah Brebes. Saat sukses melewati 2 bus Sumber Alam baru sadar ternyata kami sedag melintasi Polsek Sukra di Kabupaten Subang. Jam saat itu menunjukkan angka 03.20. Sumber Harapan merupakan korban berikut dari kecepatan lari sang singa. Dominasi raja hutan yang telah bertransformasi menjadi raja jalanan ini kembali terjadi atas Purwowidodo, Sumber Alam Proteus dan Dewi Sri. Sinar Jaya Evolution dan Handoyo putih biru menjadi lawan berikutnya yang ditaklukkan. Berhasil melewati Pahala Kencana Jetbus K 1712 B (CMIW) bermesin Hino yang sedang menaklukkan OBL New Marcopolo. Proses penaklukan PK itu sendiri berlangsung dengan alot. Ditempel sejak ciasem dan baru bisa di OT di daerah Sukamandi. Setelah PK giliran duo Handoyo berbaju Trisaksi dan Sprinter yang berhasil dibenamkan. Dilanjutkan dengan penaklukan Garuda Mas ekonomi serta Tunggal Daya Putera di Simpang Jomin.
Di Simpang Jomin sebenarnya sempat melewati Shantika 5B. Tetapi mbak shanti ini tidak kumasukkan dalam daftar korban keganasan sang singa dikarenakan memang bus berwarna hijau itu sedang pasang sign kiri hehe. Jam 04.05 sang singa mulai memasuki tol Cikampek. Minggir sejenak untuk pergantian driver. Ternyata cukup jauh juga driver tengah menunggangi sang singa. Tepat jam 05.10 sampailah sang singa di pemberhentian pertamanya Terminal Rawamangun berbarengan dengan Shantika 8 diamond class. Perjalanan dilanjutkan kembali menuju kandang utamanya di Daan Mogot. Akhirnya jam 05.45 sampailah kami di tempat istirahat sang singa Swedia peranakan Kudus tersebut. Di sana sudah terparkir singa-singa lainnya yaitu NS 01 dan NS 18.

Mengandalkan tiket seharga Rp 2000 dari Transjakarta yang pagi itu sudah cukup penuh sampailah kami di terminal Kalideres. Menunggu sekitar 15 menit untuk selanjutnya menuju Terminal Poris dengan menumpang Buslane Tangerang Kalideres. Bus yang diharapkan sebagi feeder busway untuk wilayah Tangerang memang masih sepi peminat. Pagi itu penumpangnya dari Poris menuju Kalideres adalah NIHIL, alias membakar solar tanpa ada hasil. Sedangkan dari Kalideres-Poris konsumsi solar dari Hino R 260 itu hanya mampu meraup Rp. 6000,- dari 2 tiket yang kubayarkan untuk aku dan istriku. Jam 07.10 sampailah kami di terminal Poris yang merupakan tujuan akhir touring Tangerang -Jepara – Tangerang yang aku dan istriku lalui. Sungguh touring menarik yang penuh dengan aksi tidur dari pemeran utamanya..


sekian

7 Juli 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar