Rabu, 27 November 2013

Jakarta - Cirebon with Argo Jati

Kereta api boleh dibilang saat ini menjadi moda transportasi yang paling bisa diandalkan, terutama di sisi ketepatan waktunya. Pesawat udara makin hari makin tak terbendung delaynya. Kepadatan bandara mungkin jadi factor utamanya, disamping factor internal dari maskapai itu sendiri. Bus antar kota juga semakin susah ditebak waktu tempuhnya. Infrastruktur jalan yang buruk dan kepadatan lalu lintas menjadi biang keroknya.


Kemarin, senin tanggal 25 November 2013 saya melakukan perjalanan dengan Kereta Api Argo Jati, kereta yang dari PT KAI diberi nomor 18 ini start dari stasiun Gambir (GMR) jam 17.25 pas sesuai dengan Gapekanya. Kalo gak salah kereta ini membawa 9 rangkaian Gerbong. 6 K1 (kereta penumpang kelas 1), 1 KM1 (kereta makan kelas 1) 1 KP (kereta pembangkit) dan satu kereta barang. Saya tidak memperhatikan betul nomor seri gerbongnya, maklum saja saya bukan railfans, tapi bismania yang sedang mengagumi kinerja PT KAI .. hehe. KA ini ditarik oleh lokomotif CC 203 xxxx, lagi2 saya gak perhatikan nomor seri lokonya.. xixi


Sempat tertahan di stasiun cikini karena padatnya lalu lintas KA di jam sibuk, akhirnya berjalan lancar tanpa hambatan berarti. Baru melintas stasiun klender petugas reska langsung menawari para penumpangnya makanan dan minuman. Meskipun makanan dan minuman di kereta tergolong cukup mahal tapi tidak sedikit kok penumpang yang memesannya. Jam 19.45 kereta ini berhenti di stasiun Jatibarang, cukup 2 menit selanjutnya joss lagi menuju tujuan akhir. Tepat jam 20.15 kereta andalan Daop III Cirebon ini finish di jalur 5 Stasiun Cirebon (CN). Saya pikir kereta ini terlambat dari Gapeka seharusnya, ternyata saat melihat Gapekanya di tiket ternyata jam kedatangan kereta ini seharusnya jam 20.18. Luar biasa bukan? hehehe


Kamis, 07 November 2013

Mengejar Absen Pagi dengan Kuda Putih

 
Saya sangat terkejut saat menelpon nomor HP 08123444xxx, “Bisnya berangkat jam 10.30 mas, nanti masnya harus siap di terminal jam 10.00 ya !” itulah kata agen Haryanto terminal Seloaji Ponorogo. Ternyata keberangkatan bus2 ponorogo sangatlah awal, lebih awal dari bus dari Surabaya, Malang, Madura bahkan Jember sekalipun. "OK pak nanti tiketnya saya bayar pas saya nyampe ponorogo ya!" Jawab saya.  "Gak papa mas" Jawabnya kembali.
 
Setelah malamnya melalui perjalanan datar dan hanya dihiasi dengan tidur akhirnya sekitar jam 9 pagi saya menginjakkan kaki di terminal Seloaji Ponorogo. Saya langsung bergegas mencari Agen PO Haryanto di sana. Ternyata Agen PO yang identik dengan menara Kudus ini jadi satu dengan PO Puspa Jaya. Kesan pertama saya terhadap terminal ini adalah, sepi tanpa gairah. Setelah menebus tiket untuk kepulangan besok, sayapun mengeksplor keindahan kota Ponorogo. Telaga Ngebel, Festival Reog di Alun-alun, Pondok Pesantren Modern Gontor, dan Petilasan Kyai Ageng Muhammad Besari  adalah destinasi yang saya tuju. Kata teman kuliah saya yang menjadi guide tour sehari itu, Ponorogo akan sangat ramai saat menjelang Tahun Baru Hijriah seperti ini. Banyak warganya yang menjadi perantau akan pulang di bulan bulan ini. Grebeg syuro adalah salah satu daya tarik perantau dari daerah ini untuk kembali ke tanah kelahirannya.
 
 
Minggu 3 November 2013
 
Cukup semalam di Ponorogo sayapun menuju terminal Seloaji. Jam 10.15 saya sudah memasuki pelataran terminal type A tersebut. Sesuai janji saya kepada agen HR di sana. Kemarin saat menginjakkan kaki kali pertama di terminal tersebut tampak tidak ada tanda2 gairah bus malam di sana. Ternyata saya salah, bus malam justru terparkir di halaman belakang ini terminal. Kumpulan agen justru berada di wilayah terminal angkutan dalam kota. Laju Prima, Gunung Harta dan Kramat Djati adalah mahluk-mahluk yang banyak memenuh terminal ini, disamping pemain AKDP seperti Restu, Jaya dan Cendana tentunya. Saya sempat bertanya kepada mbak yang menjaga agen HR, tentang bis apa yang menjadi penguasa untuk trayek Ponorogo – Jakarta. “Kramat Djati mas”, katanya. Benar saja, ketika ada pengumuman penumpang Kramat Djati segera memasuki bis langsung saja area di kumpulan agen di sana menjadi sepi. Tidak lama kemudian dari arah belakang nampak rombongan mbak KD meninggalkan terminal. Saya hitung ada sekitar 7 sampai 8 bis yang meninggalkan terminal dalam waktu hampir bersamaan.

Dari Ponorogo ini oleh agen saya dikutkan bus Haryanto dengan kode HR 77. Bus saya sebenarnya adalah HR 95 yang nanti baru bisa saya naiki di terminal Kartosuro.  Bus strat dari Ponorogo jam 11.35, terlambat 1 jam dari jadwal yang sebenarnya. Dari Ponorogo bus ini hanya terisi 3 orang. Saya, Istri saya dan satu penumpang puter kepala yang sudah bisa ditebak dia pasti seorang bismania juga.. hehehe. Menyisir agen2 di Maospati, Ngawi dan Sragen barulah 2/3 dari isi kabin HR 77 terisi. Jam 15.30 HR 77 masuk terminal Kartosuro. Di terminal ini berkumpul sekitar 6 bus HR yaitu HR 53, HR 77, HR 95, HR 107, HR 108 dan HR 06.

Ramai juga penumpang HR di hari itu. Di sana juga nampak bos Muda PO Haryanto, Mas Rian Mahendra yang ikut mengawasi operational HR divisi selatan ini. Saya masih ingat saat Kopdar Haryanto Mania feat BMC Banten di terminal poris, beliau berjanji akan terjun langsung  untuk memperbaiki pelayan HR div Solo dst. Benar saja 2 minggu setelah itu wilayah ini langsung digelontor bis bis baru. :-). Saya jadi berfikir, gimana reaksi pemain pemain lama di jalur itu. Areanya kini diserang oleh pemain baru dengan bus-bus kinyis2 dan tarif murah. Apakah akan ada pergeseran peta persaingan dan strategi bisnis per PO-an di jalur ini? Kita tunggu saja 1 atau 2 tahun mendatang.
 
 
 
Sample picture
 
 
 
Jam 15.46 HR 95 "Kuda Putih" mulai angkat jangkar dari terminal Kartosuro. Larinya cukup trengginas mulai dari Kartosuro sampai menjelang Salatiga, selanjutnya harus ikut jalan klunak klunuk karena kemacetan panjang dari Salatiga sampai Ungaran.. xixixi. Masuk agen Banyumanik sekitar jam 18.15, dan krapyak jam 18.43 lalu minum solar sebanyak banyaknya. Setelah sukses melibas Kramat Djati setra, Gajah Mungkur VIP dan LP 57 kuda putih ini masuk Rumah Makan Menara Kudus. Disana sudah terparkir HR 07 “Pukat” yang bertugas melayani trayek Purwodadi – Poris. Menu rumah makan ini terbilang cukup baik. Setidaknya ada 3 pilihan makanan untuk memanjakan penumpang disini. Pilihannya mulai dari makanan standar service bis malam seperti ayam goreng, oseng2 kacang dan sop, di sini juga tersedia soto ayam dan nasi goreng.
 
Jam 20.15 kuda putih mulai digiring menuju jalan pantura. Joki tengah kuda putih ini langsung memecut tunggangannya untuk berlari. Tanjakan plelen menjadi aksi pertama dari sang joki.  Tanpa mengindahkan antrian kendaraan yang menunggu menanjak, bis ini langsung ambil kanan untuk melibas antrian. Kramat Djati livery orange, Trans Zentrum TZ 20, dan Gunung Mulia Putra harus menyingkir disini. Bukan cuma jago menanjak saja, ternyata si kuda putih juga sangat lihai meliuk luik di jalanan menurun. Garuda Mas new Celcius bisa dilewati di sini.Setelah sempat menurunkan 2 penumpangnya kembali si kuda putih dipacu oleh sang joki. Royal Safari dan Garuda Mas kembali bisa dilewati. LP 75 Legacy SR1 mencoba mengimbangi, tapi ternyata gak bertahan lama. Bus dari group HIBA itu langsung menyerah. KD Orange plat D dan Coyo juga masih terlalu mudah dilewati. Di depan Coyo terlihat Tunggal Dara Legacy SR1 yang terus berusaha menutup jalan si kuda putih. Beberapa kali di serang  baik itu dengan aksi tempel rapat, goyang dari kanan atau kiri si Merah Maron itu selalu bisa membloknya. Bahkan kejar kejaran dua bus ini mampu meminggirkan Laju Prima LP 89. Bus dengan banner Goes to waduk gajah Mungkur itu baru bisa ditaklukkan saat kuda putih sedikit memaksa masuk di sebuh tikungan di tengah kota batang, hehehe bye bye Tunggal Dara.
 
Di Pekalongan TZ 28 dan Kramat Djati Orange D 7658 AE dan HR 07 ternyata masih kalah cepat dengan si kuda putih ini. Selanjutnya saya sudah tidak ingat apa saja aksi kuda putih ini. Buaian Air suspension hasil modifikasi enginer2 Adi putro di sasis HINO RK8 ini membuat saya memasuki gerbang alam mimpi. Saya terbangun saat si kuda putih memburu Gunung Harta di jalanan menuju Tol Kanci. Hahaha, terjadi kejar kejaran sesama pemain baru jalur ponorogo – Jakarta ternyata. Tampaknya si ijo dari Tabanan itu tidak mau begitu saja menyerahkan posisinya ke Kuda Putih. Di Ponorogo sendiri tampaknya si Gunung Harta ini cukup berkembang. Baru sekitar 2 tahun membuka line ini rata2 dalam sehari mereka sudah bisa memberangkatkan 6 bus ke Ibukota. Di Ponorogo sendiri HR memang belum terlalu moncer. Info dari seorang admin HR Mania, paling banyak mereka memberangkatkan 5-6 orang dari kota reog itu. Mungkin karena kondisi itulah yang membuat si ijo itu terus berlari meladeni tantangan si kuda putih. Bus hijau itu terus berlari seakan berkata “dari ponorogo sebelah mana lue, berani berani membalap gue”. Hehehe.
 
Masuk tol Kanci – Palimanan barulah si Gunung Harta bisa ditaklukkan. Di tol ini sang pawang nampak terus memecut tunggangannya dengan keras. Mungkin Bapak ini sadar, hari ini adalah malam senin. Banyak penumpangnya yang butuh sampai tujuan sepagi mungkin. Kuda putih berlari bak kesetanan, Rosalia Indah NL 278, 3 Sinar Jaya, Gajah Mungkur, Famili Raya Ceria, 2 Pahala Kencana nano-nano, Malino Putra, Sedya Mulya dan Dewi Sri adalah daftar korban kecepatannya. Keluar tol palimanan kembali kuda putih ini menyingkirkan Pahala Kencana SR1, 2 Sinar Jaya Proteus, Bus Parwis BGS trans, dan Sinar Jaya 72 dx serta 26 dx. Tidak diduga BGS trans kembali menyodok ke depan saat laju si kuda putih tertahan oleh sebuah truk. Kuda putih langsung bereaksi, BGS Trans langsung dikejar, tapi bus pariwisata ber plat R 1600 AE itu keburu lari terbirit birit sambil melewati Pahala Kencana. Setelah terus menerus ditekan oleh kuda putih si BGS pun menyerah. Lepas BGS si kuda putih masih harus menyingkirkan beberapa Sinar Jaya. Tampaknya itu adalah jamnya para laskar pelangi dari purwokerto/wonosobo melintas.
 
Lepas dari rombongan sinar jaya kuda putih seakan menjadi raja jalanan. Membelah pantura indramayu dengan kencang tanpa ada perlawanan berarti. Gunung Mulia Nucleus, Laju Prima LP 74, dan ALS belum bisa dikatakan sebagai lawan yang sepadan. Demikian juga dengan Kramat Djati “SAMIN” B 7530 PV, Garuda Mas Euroliner, dan Setia Negara. Aksi monoton tanpa lawan sebanding membuat saya kembali tertidur. Terbangun saat si kuda putih terjebak dalam kemacetan di daerah Cikalong. Entah sudah berapa lama bus ini tertahan, yang pasti posisinya ada di sebelah kiri. Jam saat itu menunjukkan pukul 01.38. Saya hanya bisa memandangi belasan bus bus malam yang nekat merampok jalur lawan. Pahala Kencana, Kramat Djati, Sinar Jaya, HR 05, bahkan pemain kalem seperti Dewi Sri dan Purwowidodo. Setelah cukup lama tertahan kuda putih mulai mencoba merangsek ke jalur 2. Setelah mendapat info dari sesama driver HR yang sudah ngeblong jalur kanan duluan sang driver tengah membawa kuda putih ini mengambil jalur 3. hehehe. Sudahlah saya tidak akan menceritakan panjang lebar bagaimana aksi ngeblong jalur lawan ini dilakukan, Yang pasti kemacetan terjadi sampai Simpang Jomin. Jika terus bertahan di jalur yang benar mungkin bisa hilang waktu lebih dari 1 jam.
 
Sang driver tengah mengarahkan kuda putih ini mengarah ke Cikampek menuju Klari, karena permintaan sekitar 4 penumpang bis ini yang hendak turun klari. Sekitar jam 03.05 kuda putih diarahkan oleh driver pinggir masuk tol Karawang timur. Masih dini hari, tol Jakarta – Cikampek masih lancar. Kuda putih kembali dipacu sekencang mungkin. Jam 04.03 bus ini keluar tol Slipi Jaya, dan akhirnya jam 04.32 bus ini masuk ke terminal Poris Plawad. Saya pun mengakhiri perjalanan di sini. Wajah sumringah ditunjukkan istri saya saat turun dari bus. Bisa tidur pulas karena kenyamanan suspesnsi udara dari kuda putih dan yang pasti tidak akan terlambat ngantor di hari senin pagi. Sekitar 10 menit kemudian saya sampai dirumah, sholat subuh dan melanjutkan tidur kembali.   

Selasa, 15 Oktober 2013

Hendri kecil dan daging Kurban

Saat hari raya Idul Adha seperti ini saya selalu teringat kejadian waktu saya SD dulu. Jaman dulu orang berkurban tidak banyak. Di lingkungan warga (RW) tempat tinggal saya dulu paling banyak hanya menyembelih 4-6 ekor kambing untuk 1 RW. Keluarga saya adalah keluarga yang belum mampu untuk berkurban tetapi juga bukan keluarga yang berhak mendapatkan jatah daging kurban.

Di suatu idul adha saya bertekad membantu panitia penyembelihan hewan kurban yang kebetulan adalah guru ngaji saya dengan sedikit harapan ikut mendapat jatah daging kurban. Akhirnya saya dan teman2 yang lain kebagian untuk mencuci jeroan kambing di sungai. Setelah dibagi bagi ternyata tidak ada secuilpun daging kurban yang diberikan kepada saya. Akhirnya sayapun pulang ke rumah dengan menangis. Bapak saya tidak tega melihat saya menangis, akhirnya beliaupun membelikan saya 10 tusuk sate kambing.

Tapi jaman sekarang sudah berubah. Orang yang mampu berkurban semakin banyak. Idul adha sudah menjadi pesta besar bagi semua orang, sate dan olahan daging hamper pasti tersedia di meja makan setiap rumah.

Kamis, 03 Oktober 2013

Green Area (2)

Catatan Perjalanan "Green Area" (2)
Saya terbangun saat pak Zakaria sedang mengikuti Sinar Mandiri yang sedang melaju kencang di daerah Rembang. Saat di depan terlihat mulai ada penumpukan kendaraan karena kemacetan, Sinar Mandiri langsung mengambil jalur kanan. Ternyata pak Zakaria malah ikut membuntuti bus dari Restu group yang terkenal sebagai raja jalanan Jalur Surabaya - Semarang itu. Hasilnya dua bis berwarna dominan hijau ini mampu melewati bis Hijau lain Gunung Harta yang terjebak di kemacetan. Lepas kemacetan ternyata pak Zakaria masih meladeni gaya si Sinar Mandiri, aksi goyang kanan kiri melibas truk2 yang memadati jalan ditunjukkan dua bis beda kelas ini. Tidak berapa lama kemudian terlihat pantat pemain jalur Surabaya – Semarang lainnya, si Widji Lestari. Meski hanya bermodalkan mesin Hino RKT terlihat si Widji itu sangat mengenal medan. Puluhan truk yang memadati jalur Rembang Pati bisa dilibas dengan permainan sein yang cukup cantik. Si Sinar Mandiri ternyata tidak sabar hanya bermain main dengan bus2 ber AC yang ada di depan dan di belakangnya. Saat jalanan semakin rapat dengan truk, bumel ini malah langsung melesat meninggalkan Widji Lestari dan busku. Cukup lama juga pak Zakaria bermain main dengan Widji, jalanan cukup padat dan tanpa separator membuat aksi kedua bus ini terlihat cukup menarik. Saat jalanan mulai agak lenggang tampaknya si Widji tau diri, mesin Hino RKT miliknya tidak mungkin bisa menandingi OM 906 LA milik LE 441, akhirnya diapun memberikan jalan kepada kami untuk mendahuluinya.
 
Lepas dari Widji paka Zakaria masih konstan dengan kecepatannya. Jarum speedometer stabil di angka 80-90 Km. Tidak lama setelah melewati alun2 kota pati terlihat lampu belakang dari Galaxy milik Malino Putra. Iya itu bus Malino Putra yang tadi ketemu di rumah makan Taman Sari. Bus berkode MPR 03 dengan trayek Malang – Jakarta itu seakan sadar ada lawan mengintai di belakangnya. Ia pun langsung berlari menghindar dari kejaran si Ijo bisku. Pak Zakaria gak mau kalah, secepat apapun si Malino berlari, dia terus berusaha mengejar. Sekitar 5 menit kejar kejaran akhirnya si Malino menyerah juga. Tidak cukup dengan Malino Pak Zakaria juga melibas bus Pariwisata Indah Jaya, dan Kramat Djati D 7580 AE yang tadi juga bertemu di Taman Sari.
 
Saya sedikit melewatkan aksi LE 441 ini di ruas Kudus sampai Semarang. Handling yang smooth dari Pak Zakaria membuat saya terlelap dan baru terbangun saat bus berhenti cukup lama di Agen Semarang. Sepertinya mas kernet sedang melakukan unloading paket. Ini salah satu kelemahan dari Lorena, busnya kebanyakan bawa paket. Hasilnya setiap berhenti di agen jadinya lama, hehe. Padahal dah punya bus paket sendiri ya? *#:-S whew!Hasilnya KD dan Malino yang tadi dah tercecer di belakang kembali berada di depan.
 
Weleri, Batang, Pekalongan, Pemalang lingkar kemudi masih di tangan Pak Zakaria, kecepatan bus ini juga masih cukup konstan di angka 80-90 Kpj. Asyik bisa masuk Jakarta sebelum jam 10 pagi ini batinku. Jam 02.05 sampailah LE 441 ini di SPBU Muri di Tegal. SPBU ini tampaknya menjadi tempat kontrolan bagi pasukan pasukan Ijo yang mengarah ke Barat. Busku mendapat limpahan penumpang tujuan pulau Sumatera dari KE 551 dari Sumenep. Butuh waktu 30 menit bis ini untuk berhenti di SPBU dengan toilet terbanyak di Indonesia itu. Saat Pak Suparno membawa bus ini melewati kota Brebes tampak lampu belakang jetbus milik Akas Asri. Semoga pak Suparno terlecut untuk mengejar saingannya dari Jember itu, harapku J. Setelah bus asli probolinggo tersebut sempat menjauh ternyata LE 441 mampu juga mendekat. Keduanyapun beriringan layaknya teman seperjalanan. Iring-iringan dua bis yang sama-sama start dari Jember ini terpisah di pertigaan rel KA Pejagan. Akas memilih lurus menuju Kanci sedangkan busku belok kiri menuju tol Pejagan.
 
Jam 05.20 Pak Suparno membelokkan bus ini masuk ke rumah makan Taman Sari 2 di Pamanukan. Di sana sudah terparkir 3 bus Harapan Jaya. Lumayan masih bisa sholat shubuh dan unloading isi perut.. hehe. Cukup lama bus ini berhenti, crew baru naik bus saat jam menunjukkan pukul 06.10. Hmm 50 menit waktu yang dibutuhkan untuk istirahat pagi, jelas itu pemborosan waktu.. *~X( at wits' end. Sampai di Cikopo bus ini kembali berhenti di agen untuk loading paket, kontrol dan tukar-tukar penumpang. Lagi waktu 25 menit harus terbuang disini. *~X(
 at wits' end*~X( at wits' end. Saat berhenti terlihat 2 PK nano nano, KD, Malino Putra, dan Akas Asri melewati kami.
Sample picture
 
Pak Zakaria kembali mengambil alih lingkar kemudi di etape terakhir ini. Style mengemudi bapak satu ini memang cukup trengginas, beliau terus memacu tunggangannya dengan cepat dan halus. Beliau juga tidak segan-segan mengambil jalur paling kanan yang sebenarnya terlarang buat bus. Saat kemacetan badan jalan juga kadang-kadang diambil untuk secepat mungkin masuk Jakarta. Aksi pak Zakaria tersebut mampu menyingkirkan kembali Malino Putra, PK 7698 IZ, Harapan Jaya. Bahkan saat harus sodok menyodok di gerbang tol Halim LE 441 ini berhasil melewati mantan second strikernya Poris Haryanto Phoebus, HR 29 yang sekarang bertugas untuk trayek Sumenep – Jakarta.
 
Akhirnya jam 09.40 LE 441 ini merapat di agen Lorena di jalan Pemuda di depan kampus Universitas Negeri Jakarta, Rawamangun. 50% penumpang bus ini yang bertujuan pulau sumatera turun disini. Hanya penumpang tujuan akhir Rawamangun, Bogor dan Pekanbaru yang masih terus berada di dalam kabin. Iya 50 % penumpang bus ini adalah penumpang tujuan pulau Sumatera. Rupanya ini toh yang membuat lorena masih menjadi numero uno di Jember dst. Dengan Lorena untuk menuju Sumatera mereka cukup sekali beli tiket dan langsung diantar dengan sampai tujuan. Karena proses unloading yang cukup lama dan ada taksi biru parkir dekat dengan lokasi unloading ini sayapun memutuskan mengakhiri perjalanan di sini. Saat putar balik menuju tol dalam kota, terlihat Akas Asri yang baru mengarah menuju Rawamangun. Hmm bisa 15 menit lebih cepat dari Akas ternyata, lumayanlah.. hehehe
 
Sebelum berpisah saatnya saya akan beri penilaian terhadap bus ini. Waktu tempuh tidak mengecewakan, masih bisa bersaing dengan PO2 yang terkenal dengan kecepatannya. Duet driver senior dengan skil yang yahud menjadi sisi positif dari LE 441 ini. Kesigapan dari asissten driver juga patut diacungi jempol. Setiap berhenti istirahat asisten driver selalu bisa membuat kabin bus menjadi bersih dan wangi, air toiletpun tidak pernah kehabisan. Sedangkan lamanya waktu pemberhentian sedikit mengurangi nilai dari PO ini. Untuk bus dengan kelas eksekutif saya rasa kombinasi seat 8 baris kiri dan 9 kanan plus smooking room membuat kesan bus ini terkesan kurang nyaman.
(Sekian)

Green Area (1)

Catatan Perjalanan "Green Area"
Setiap hari PO ini selalu memberangkatkan 5 bus, 2 bus dari Banyuwangi, 2 bus dari Jember dan 1 bus jurusan Banyuwangi - Lampung. Saya heran, disaat PO ini sudah mulai ditinggalkan penggemarnya di kota2 lain (pulau jawa) tapi kenapa masih bisa menjadi numero uno di daerah sini. Rasa penasaran itulah yang membuat saya bertekat ingin kembali mencoba service PO yang pernah menjadi legenda di tanah air kita ini. Meskipun saya harus mengesampingkan sensasi pelari cepat dari armada-armada ombak biru Pahala Kencana, atau seat lebar nan empuk by aldilla dengan konfigurasi 7 baris milik Akas Asri. Pilihan lain yang saya tepis adalah tebak tebak buah manggis armada gado2 milik OBL, atau ayunan lembut suspensi MB 1626 milik Rosalia Indah.

Memilih PO ini sebenarnya penuh dengan perjudian. Beberapa kali saya mendengar PO ini menggunakan armada terbaru mereka Mercedes Benz O 500R 1836 untuk trayek Jember/Banyuwangi. Tapi tidak jarang juga saya melihat bus ini baru memberangkatkan penumpangnya jam 3 sore dengan armada2 cooler berbody RS yang sudah bulukan. OK lah, sekali kali kita perlu juga berjudi , jika beruntung kemewahan dari armada Mercedez benz OH 1836 akan didapat jika tidak maka MB OH 1521 bulukan akan siap menjadi bulan-bulanan bus2 malam lainnya.. hehehe

Minggu, 29 September 2013

Dengan sedikit tergesa gesa saya menuju pool PO yang ber tag line "Sabar Sopan Senyum" ini. Jam sudah menunjukkan pukul 10.55 artinya kurang 5 menit dari jadwal yang tertera di tiket. Sampai di depan pool terlihat sebuah bus berwarna hijau putih berbody marco dengan stiker Mercedez Benz 1725 Euro 2 sedang parkir. Kode di kaca depan bertuliskan LE 441. Kontan saja badan saya jadi lemas. Saya langsung membayangkan 24 jam di atas cooler dan menjadi bulan bulanan bis-bis lain. Lapor ke kantor, saya langsung diminta naik. Begitu masuk kabin kembali petaka saya dapatkan. Kabin bus ini terlihat begitu sempit dengan kombinasi seat 8 baris kiri dan 9 balis kanan plus smooking area. Seat berwarna hijau bertuliskan “Fainsa” yang dipakai juga terasa sempit dan tipis. Asyem, tiket mahal seharga 325 rb hanya ditukar dengan dengan bus tua dengan seat yang mefet. Kekesalan ini sempat saya lontarkan di media sosial yang langsung dapat respon dari rekan2 bismania lainnya.

Tiket PO ini memang paling mahal diantara kompetitornya. Akas hanya membandrol trayek Jember Jakarta dengan 280 rb, OBL 300 rb, dan Rosin 315 rb. Pahala Kencana (PK) saya kurang tau, biasanya gak jauh beda dengan si Ijo ini tapi tidak pernah lebih mahal. Kekecewaan saya sedikit terobati dengan jadwal keberangkatannya yang on time. Jam 11.05 bus ini sudah bergerak meninggalkan pool. Dengan kawalan petugas kantor cabang Jember bus ini diarahkan ke SPBU dekat terminal tawang alun Jember. Terlihat Akas Asri masih standby di agennya. OBL belum nampak, dan saat saya berangkat tadi PK bisnya belum nongol di agennya. Di SPBU yang juga sering menjadi tempat menginap bus2 yang tidak punya garasi di jember ini si Ijo menegak solar sebanyak 100 liter. Struk pembelian solar dibawa oleh petugas agen Jember yang turun begitu bis ini kembali lewat depan agen. Apakah ini yang dimaksud dengan solarnya dijatah? :-)

Zakaria, begitulah nama yang tertulis di seragam driver 1 bus ini. Pria paruh baya itu membawa New Marcopolo ini dengan halus. Lho cooler suspensi ini kok terasa keras? Tarikannya kok cukup responsif? Jangan-jangan ini bukan MB 1521, pikirku. Kuperhatikan detail dashboard bus ini, stirnya agak kecil. Hmm OH 1525 nih kayaknya. Saat bus ini berhenti di Agen Lumajang saya sempatin untuk turun dan melihat overhang depan bus ini, tidak salah lagi ini MB 1525.. hehehe. Ternyata stiker 1725 yang membuat saya langsung ill feel dan langsung mencap bus ini sebagai cooler yang merupakan spesies terbanyak di PO ini. Saya juga sedikit tertipu oleh overhang depan sebelah kanan bus ini. Karena tidak ada pintu driver membuat samar tampilannya. Dah hampir 3 tahun menjadi bismania ternyata masih saja belum bisa mbedain 1521 dan 1525... hehehe

Sample picture
Gaya mengemudi pak Zakaria membuat saya sedikit optimis bus ini tidak akan menjadi bulan bulanan bis bis lainnya. Di jalur Jember Lumajang bis ini beberapa kali di pacu sampai 90 Kpj. Di jalur lumajang Probolinggo nampak pak Zakaria juga berani menempel rapat truk truk yang gak kuat menanjak untuk selanjutnya mendahuluinya begitu kesempatan datang. Di jalur Probolinggo – Pasuruan mercy elektrik ini juga mampu mengasapi Restu dan Tentrem odong-odong serta patas Ladju.

Di Pasuruan terjadi pergantian driver. Pak Suparno yang baru naik bis ini di daerah Grati langsung bertugas dibelakang kemudi. Gaya mengemudi driver yang juga sudah senior ini tidak kalah halus dengan Pak Zakaria. Jam 15.10 bus masuk tol Porong. Catatan waktu yang cukup cepat menurutku, karena rata2 bus bus dari Jember baru masuk tol porong sekitar jam 15.30 – 16.00. Jarangnya bis ini berhenti di agen2 kecil membuat waktu tempuhnya cukup baik. Di tol Porong – Surabaya sampai gresik LE 441 ini berjalan selayaknya bus malam bertrayek jauh. Angka 100 sering ditunjukkan jarum speedo meter. Sepertinya bis ini bisa bersaing dengan bus2 jurusan Jatim– Jakarta lainnya, batinku .. hehe.

Akhirnya jam 15.50 LE 441 ini keluar tol Gresik. Masuk terminal bunder, lalu isi BBM. Lumayan perjalanan sampai Lamongan belum ada satu bispun yang mampu mendahuluinya, bahkan di daerah Duduk Sampean B 7706 IV ini mampu melewati bumel Sabar Indah. Lepas Lamongan gaya asli Lorena masa kini dari B 7706 IV ini mulai keluar. Jarum speedometer tidak pernah sekalipun menyentuh angka 80 Kpj. Sepertinya 60-70 Kpj adalah angka keramat yang harus dipertahankan. Mudah-mudahan saja bis2 Surabaya, Malang, Madura pada berhenti di agen2 sepanjang Lamongan, Babat sampai Tuban, sehingga singgasa bus ini tidak ada yang merebutnya, *:D big grin . Doa saya ternyata terkabul sampai finish di Rumah Makan Taman sari di Tuban, keperawanan si LE 441 masih bisa terjaga. Hanya truk2 berdaya 120-130 PS yang berkali2 mengasapi moncong si marcopolo ini.. hehehe
 

Di rumah makan ini telah terparkir Gunung Harta, Malino Putra Galaxy exl MPR 03, dan Kramad Djati Malang - Bandung. Kok mbak KD ada di taman sari ya? biasanya di RM Mitra, apakah sudah pindah ke lain hati, seperti saat pindah dari pelukan Anang Hermansyah ke Rahul Lemos? Xixixixi. Tidak berapa lama kemudian menyusul temannya LE 421 cooler body RS. Cukup lama si marco ini berhenti di Taman Sari ini, sampai semua bus yang saya sebutkan tadi berangkat busku masih saja santai di parkiran rumah makan. Bis ini baru bergerak dari Rumah makan saat Gunung Harta yang tadi sudah jalan sekitar 15 menit harus kembali ke rumah makan karena 1 penumpangnya tertinggal di Taman Sari. Hehehe, pasti sang kernet itu bis dimarahin habis sama drivernya. Jam saat itu menunjukkan pukul 18.30, lingkar kemudi kembali di tangan Pak Zakaria. Saya terus menunggu aksi pak Zakaria di malam hari, semoga lebih greget daripada yang ditunjukkan tadi siang. Tapi sampai masuk perbatasan Jatim - Jateng kok masih memble aja, masih khas lorena jaman sekarang.. wkkkkk, akhirnya sayapun tertidur, *I-) sleepy
 
(bersambung)

Kamis, 05 September 2013

A Caper "Catatan Perjalanan" that changes my lifestyle

Berawal dari tugas ke Semarang & Salatiga sekitar April 2010, dimana saat itu aku masih tinggal di Sidoarjo sedangkan istri di Ciledug - Tangerang. Menjalani hidup sebagai commuter Sidoarjo - Jakarta - Tangerang lebih banyak kulewati dengan burung besi berkonsep LCC maupun ular besi. Citilink, Air Asia, Lion Air, Sembrani dan Gumarang terasa begitu akrab dengan weekendku. Bahkan web Semboyan 35 merupakan salah satu web yang sering kukunjungi di saat waktu senggang, meskipun aku belum pernah tergabung di dalamnya. Tugasku ke tengah pulau jawa itu selesai sehari sebelum long weekend, jadi tidak mungkin rasanya aku harus balik ke Sidoarjo. Berpisah dengan rekan-rekan kerja yang lain di perbatasan Salatiga dan Kabupaten Semarang. Disini aku bingung harus naik apa ke Jakarta. Dengan bermodal HP N*k*a boncel yang alhamdulillah sudah bisa mengakses GPRS akhirnya aku menemukan jawabannya, "iya" ke terminal Bawen untuk selanjutnya mencari bus tujuan Jakarta.

Setelah bernego dengan mas agen segala macam bus (jualan utamanya sih patas Ramayana) akhirnya aku memilih Kramad Djati kelas VIP untuk tujuan Lebak Bulus. Sempat bingung kelas VIP itu apaan? yang aku tau selama ini ya cuma ekonomi, ATB, Patas, Exe, dan SE.. ndeso hehe. Kramat Djati menjadi pilihanku saat itu karena yang ada di benakku bis tujuan Jakarta itu ya cuma Lorena, Pahala Kencana, Safari Dharma Raya dan Kramat Djati (maklumlah di Jember adanya cuma itu..hehe). Sambil menunggu jadwal keberangkatan yang masih sekitar 3 jam lagi, kuteruskan penelusuranku ke dunia maya mengenai alat transportasi yang akan mengantarku ke Ibukota tersebut. Sebuah tulisan berjudul "Gajah Sprinter, jagonya sprint" begitu memikat hatiku (Catatan perjalanan dari Didik Edhi di www.bismania.org). Ternyata ada juga ya orang yang begitu mengenal spesifikasi bus, dan sangat menikmati perjalanannya. Terus terang sampai saat itu bis masih merupakan alternatif terakhir jika alat transpotasi lainnya gagal kudapatkan, entah itu karena kehabisan tiket atupun harga tiketnya yang tak terjangkau. Sebenarnya aku sudah beberapa kali merasakan Ngebis jarak jauh, Lorena (Jember - Jakarta), Safari Darma Raya (Jember - Jakarta), Mawar (Surabaya-Jakarta), Akas/Mila (Jember-Jogja) dan yang paling spektakuler Jember - Bengkulu dengan Damri kelas Ekonomi saat masih kuliah dulu, tapi semuanya tidak bisa kunikmati seperti sang pujangga yang sedang ada di kabin Gajah Sprinter tersebut.

Mencoba mencari jawaban dengan bantuan konsep bertanya "5 mengapa?" kesimpulan yang bisa kuambil adalah "mungkin karena mengerti banyak tentang dunia perbisan makanya sang pujangga yang menunggangi gajah sprinter tersebut bisa menikmati perjalanannya". Hampir 4 jam aku menelusuri dunia maya yang mengupas tuntas dunia perbisan tersebut. Tak terasa menjelang magrib bus yang akan mengantarku ke ibukota pun datang, terlambat hampir 2 jam dari jadwal semula, akupun bergegas naek dengan mendapatkan sedikit gambaran tentang komunitas pecinta bis yang menamakan dirinya sebagai "bismania". Jam 06.00 keesokan harinya bus Kramad Djati jurusan Ponorogo - Ciledug yang kunaikipun finish di terminal Lebak bulus, penumpang tujuan Ciledug diantar ke terminal Lembang dengan isuzu elf.

Setelah 2 hari menghabiskan waktu dengan istri tercinta tibalah saatnya berburu tiket untuk balik ke ladangku di Sidoarjo. KA dah gak mungkin dapat, burung besi sudah pasti harganya selangit. Akhirnya aku mengajak istriku ke garasi OBL di Kebayoran Lama, dimana sebelumnya aku menunjukkan caper tentang Gajah Sprinter yang sangat menginspirasiku memilih gajah untuk kembali ke Sidoarjo. Selama ini istriku masih membayangkan bahwa naek bis itu ya seperti naek bis kota di jakarta. Kalo gak super ugal-ugalan seperti Metro Mini/Kopaja ya bis yang super lemot seperti Bianglala AC 44, dengan kabin yang sempit dan jorok. Bis paling bagus yang pernah dinaikinya mungkin hanya bus PATAS Surabaya - Jember .. . Akhirnya pulang ke Sidoarjo aku menggunakan Armada sang gajah, meski sedikit telat masuk Surabaya tapi kebersihan kabin dan kenyamanan perjalannya mulai sedikit aku nikmati. Sebulan setelah itu istri, mertua dan adik iparkupun ikut merasakan naek gajah dari kebayoran menuju Jember. Ternyata mertuaku cukup puas, dengan pelayanan Gajah dari kebayoran tersebut.

Rasa penasaranku akan komunitas bismania semakin menjadi. Berbagai tulisan dan laman tentang dunia perbisan mulai kugali-satu persatu. Di sini aku mulai mengetahui ternyata komunitas penggemar bis itu cukup banyak. Bahkan lebih banyak variannya daripada komunitas pecinta kereta (rail fans) maupun pecinta dunia penerbangan (Indoflyer).Dalam beberapa bulan penelusuran aku mulai akrab dengan istilah 1525, 1521, 1518, RK, RG, overhang, ngeblong, sarkawi, intercooler, king, dll. Dan topik yang paling kucari pastinya adalah catatan perjalanan (caper). Beberapa caper yang selalu kuingat adalah caper-caper penuh makna dari Pak Didik SS, Caper arjuna mencari cinta dalam serial Kiperpon, caper-caper jenaka ala Koh Hari BW, caper penuh prosa ala Mas Didik Edhi dan caper-caper luar biasa dari rekan-rekan lainnya, baik itu dari bismania.org maupun blog pribadinya masing-masing. Ternyata naik bis akan sangat menyenangkan jika diabadikan dalam sebuah tulisan.

Alhamdulillah sekitar pada September 2010 akhirnya aku diminta pindah ke kantor pusat perusahaan tempatku bekerja di Jakarta. Sungguh nikmat tersendiri bisa bekerja di tidak jauh dengan istri. Sekitar oktober 2010 akhirnya aku memilih bergabung dengan maillist tercinta ini. Sayang sekali aku baru menemukan komunitas bismania ini di saat-saat akhir menjadi seorang komuter. Aku justru menjadi seorang bismania disaat kondisi sangat jarang mencicipi perjalanan dengan sebuah bis. . Kurang lebih setelah tiga bulan bergabung dengan maillist bismania barulah aku merasakan naek bis jarak jauh kembali. Dan rasanya memang beda, meskipun Pahala Kencana yang kunaiki saat itu mengalami trouble tapi aku masih bisa menikmati perjalan tersebut. Empat bulan kemudian aku berkesempatan mencicipi jetbusnya akas Asri yang masih gress dan langsung kuabadikan dalam sebuah Caper.
Kenikmatanku sebagai bismaniapun bertambah ketika aku mendapatkan rejeki untuk mencicil sebuah rumah mungil yang tembok perumahannya langsung berbatasan dengan terminal Poris Plawad di Tangerang. Meskipun kalo ada kopdar di poris juga masih sering titip absen saja . Boleh dibilang untuk saat ini naik bis menjadi kebanggaan tersendiri bagiku. Entah mungkin aku sudah bosan dengan penerbangan yang hampir tiap minggu kulalui dengan lebih banyak delay atau sebab lainnya. Yang pasti aku selalu punya cerita ketika menaiki sebuah bus, kondisi yang tidak pernah kudapatkan saat menjadi penumpang ular atau burung besi.


Diposting pertama kali di Maillist bismania community 11 Juni 2012

Minggu, 18 Agustus 2013

Mau lihat Jember Fasion Carnaval (JFC) ? Begini caranya menuju Jember !

Jember adalah kota kecil di sudut jawa timur yang terkenal dengan Jember Fashion Carnivalnya (JFC). JFC adalah sebuah carnaval yang cukup mendunia yang akhirnya banyak ditiru oleh daerah lain. Sebenarnya saat tembakau masih menjadi komoditi perdangan international beberapa belas tahun silam, kota ini cukup terkenal sampai di Bremen - Germany..

Tertarik dengan Jember Fashion Carnival (JFC) silahkan datang ke Jember, biasanya even akbar yang cukup mendunia ini diselenggakaran sekitar bulan Agustus setiap tahunnya. Di tahun 2013 ini JFC diselenggarakan pada tanggal 25 Agustus 2013. Untuk menuju jember kita bisa menggunakan beberapa moda Transportasi mulai dari Pesawat Udara, Kereta Api, Bus atau Travel.
 
 
Jember terletak sekitar 200 Km di timur Surabaya, dapat ditempuh selama 4-5 jam dengan perjalanan darat. Untuk menuju kota ini tersedia angkutan umum selama 24 jam. Dari Terminal Purabaya / Bungurasih anda bisa mencari bus tujuan jember dengan tarif Rp 34 rb untuk ekonomi dan 55 rb untuk bus Patas. Travel juga banyak tersedia dengan tarif sekitar 80 - 100 rb. Jika anda menginginkan naik Kereta api ada 3 Kereta api yang melayani travek Surabaya Jember yaitu KA mutiara timur Surabaya - Banyuwangi (dengan jadwal pagi dan malam). KA ini berkelas Eksekutif dan Bisnis. Ada juga kereta ekonomi AC Logawa dengan trayek Purwokerto-Jember yang biasa berangkat dari Surabaya sore hari. Dan satu lagi KA ekonomi AC Sritanjung yang melayani rute Jogjakarta - Banyuwangi yang otomatis akan lewat jember. Kereta ini juga berangkat dari surabaya sekitar siang menjelang sore.
 
 
Dari Jakarta anda juga bisa langsung menuju Jember dengan menggunakan bus. ada beberapa PO yang melayani trayek langsung Jakarta Jember yaitu Pahala Kencana, Lorena, Safari Darma Raya, Akas Asri dan Rosalia Indah. Tiket bus di hari2 biasa berkisar antara 280 -310 rb dengan layanan bus kelas eksekutif. Jika menggunakan mode transportasi lain kita harus transit di Surabaya. Jika naik Pesawat Udara kita turun di Juanda Surabaya, lanjut naik bis bandara menuju Terminal dengan tarif sekitar 20 rb. Atau langsung ambil travel dari bandara menuju jember dengan tarif sekitar 100-120 rb. Jika dengan kereta kita bisa menggunakan KA tujuan Surabaya seperti Gayabaru Selatan, Kerta jaya, Gumarang, Sembrani, Bima dan Argo anggrek bersambung dengan KA Mutiara Timur.
 
 
Banyak pilihan kan menuju jember? Ayo berkunjung ke Jember!.. hehe

Selasa, 16 Juli 2013

Tiket Mudik Yang Membumbung Tinggi


Hmm baru seminggu puasa beberapa Perusahaan Otobus sudah pada merilis harga tiket mudik mereka. Fantastis, tiket Jakarta Malang tembus 600 rb, Jakarta - Kudus/Jepara tembus 400 rb. Kenaikannya lebih dari 100% harga normal.

Bagaimana dengan Kereta Api dan Pesawat Udara? Kereta api lebih fantastis lagi, mereka gak perlu report2 menjual tiket lebaran, lha wong di bulan Mei lalu tiket mereka dah ludes? Ramadhan belum mulai mereka dah kipas2 menghitung laba.. hehe. Sepertinya PT KAI mau jual harga berapapun tiket mereka akan ludes dalam hitungan jam.. hehe. Pesawat udara bagaimana? sami mawon, tiket mereka malah sudah membumbung tinggi sejak kalender tahun 2013 di launching ..

Hasilnya para mudikers pasti merana, mau naik pesawat dan KA susah, disaat THR belum cair tiket keduanya dah ludes. Mau naik bis susah juga, meski uang THR dah di tangan, tapi harganya juga mahal, dah gitu waktu tempuhya saat lebaran sangat gak manusiawi, masa Jakarta solo bisa 30 jam? hehe

Bagaimana cara agar angkutan umum menaikkan tiketnya saat lebaran? Solusinya satu, jangan mudik pas lebaran. Mudik dan silaturrohmi ke keluarga bisa dilakukan kapan saja.. :-). Kalo gak ada yang mudik saat lebaran tiket mudik kan gak laku, lama2 harganya juga akan turun dengan sendirinya.. hehehe

OK, SELAMAT menghabiskan uang THR jangan lupa sisihkan 2.5% buat zakat !

Jumat, 12 Juli 2013

Catatan Perjalanan : Tetap Tidur Meski Berada di Lambung Singa yang Berlari

Sampai diterminal Jepara aku langsung menuju ke deretan agen yang menurutku lebih pas disebut counter penjualan tiket bis malam. Entah kenapa mataku langsung tertuju ke agen Nusantara. Langsung bertanya untuk keberangkatan nanti malam (30 Juni 2012) dengan tujuan poris/ grogol/ kalideres. "Poris habis mas, yang ada grogol kelas eksekutif mas" kata mbak agennya. "NS 01 ada mbak"tanyaku kembali. Dijawab tinggal 1seat mas. Waduh gak jadi deh, masak mau balapan lagi ma Istriku ? Hehehe. "Iya udah mbak ambil yang grogol 2 seat !", tegasku. 280 rb menjadi angka yang harus kubayar untuk mendapatkan dua dari 34 kursi NS 18 tujuan Rawamangun – Grogol. Setahuku hampir semua Nusantara tujuan Grogol-Daan Mogot adalah singa-singa Swedia.

Setelah selesai dengan urusan tiket pulang maka kamipun bergegas menuju pantai Kartini. Info dari mbak agen, tarif becak kesana 5-10 rb. Setelah tanya ke Bapak joki becak malah minta 15 rb. Ya sudahlah naek aja meski tahu kalau itu kemahalan, hitung-hitung tarif liburan wong tiket bisnya aja naek kok.. hehehe. Ternyata pak becak mengarahkan kami ke dermaga penyebrangan menuju pulau Karimun Jawa. Sampai di sana kami langsung saja cari toilet dan sarapan pagi untuk selanjutnya masuk ke obyek wisata pantai kartini. Karena ada pintu setengah terbuka di dekat warung nasi maka aku bisa langsung masuk ke obyek wisata pantai kartini tanpa harus melewati pintu penarikan retribusi,, hehehe. Maaf ya buat Pemda Jepara ke hadiranku ke kota ukir ini tidak menyumbang APBD sama sekali. Berarti hitungan aku naik becak tadi murah banget cuma 5 rb, yang 10 ribu sebagai ongkos masuk obyek wisata..

Karena istriku selalu tidak nyaman kalau harus mandi di kamar mandi umum maka kami putuskan untuk menyewa penginapan untuk sekedar sebagai tempat mandi dan ganti baju. Sebuah kamar mungil tanpa AC dihargai 70 rb untuk sewa sampai sore hari. Saat proses check in tak lupa pemilik penginapan menanyakan status kami apakah suami istri ? Takut kami sebagai pasangan yang tidak jelas yang mau short time kali ya ?? hehehe. Bagus tuh proteksinya pak !. Kurang lebih 5 jam menghabiskan waktu di pantai kartini (plus makan, mandi, dan tidur siang..hehe) akhirnya kamipun meninggalkan obyek wisata andalan Jepara tersebut. Sore itu kami putuskan untuk jalan kaki "so" tawaran dari beberapa penarik becak kami tangguhkan. Sekitar setengah 4 sore sampailah kami di terminal Jepara. Disana tampak ada bus berwarna putih dengan tulisan MJCM Trans jurusan Denpasar. Sayang aku tidak sempat memfoto itu bis yang keburu kabur duluan saat aku sedang mencari makan. Karena tidak selera dengan makanan yang ditawarkan pedagang di dalam terminal maka kamipun mencari makan di luar terminal.

Jam 4 sore lebih sedikit kamipun kembali ke terminal. Kondisi masih sepi hanya ada KD dan Bandung ekspress yang sedang mandi. Sekitar jam setengah 5 barulah bus datang satu persatu. Dimulai dari Muji Jaya Biru, Shantika 2C, Selamet, dan Pahala Kencana, MJ 046, Bejeu B10 dan terakhir Nusantara NS 048. NS 048 ini sebagai bus langsir untuk seluruh penumpang NS di Jepara, baik itu tujuan Surabaya Malang maupun Jabodetabek.

Jam 17.10 NS 48 yang merupakan bus kelas Patas bertoilet / VIP Jurusan Surabaya dan Malang meninggalkan terminal Jepara. Sepanjang perjalanan bus ini berhenti di beberapa agen yang tersebar dia jalan utama Jepara – Kudus. Disini aku bisa melihat betapa luar biasanya potensi penumpang bus malam sepanjang jalur Jepara-Kudus tersebut. Setiap ada kumpulan agen bus malam dilewati pasti akan dijumpai pemandangan berjibunnya penumpang yang sedang menunggu armadanya masing-masing. Padahal saat itu adalah hari sabtu yang sebenarnya bukan merupakan puncak arus balik menuju ibukota atau kota-kota besar lainnya. Pemandangan seperti ini ini hampir tidak pernah kudapati di daerah asalku. Bahkan Nusantara yang hanya menyediakan bus feeder dari Jepara juga mampu menikamati kue yang cukup besar di sini. Tercatat semua kursi di NS 48 ini penuh terisi dan 1 orang harus duduk di bangku CB (bangku kernet).

Sekitar jam 18.30 buskupun masuk ke terminal kudus. Terminal ini terlihat cukup bergairah di malam hari. Di sana telah terparkir belasan bus Nusantara dan beberapa bus dari Haryanto, Shantika serta Muji Jaya. Awalnya aku kesulitan menemukan busku, karena ada 2 bis yang tidak ada papan kodenya. Saat sibuk mencari busku aku melihat beberapa pemuda yang sedang berkumpul. Beberapa orang diantara pemuda tersebut menggunakan seragam kebanggan BMC. Langsung saja aku sapa mereka sambil memperkenalkan diri. Dua rekan yang sempat menemaniku mencari NS 18 adalah sdr Suceng yang merupakan adik dari Wapres BMC Banten Mas Bejo dan rekan satu lagi saya lupa namanya.. , maaf ya mas aku memang paling susah menghafal nama. Baru ngobrol sebentar ternyata ada panggilan penumpang NS 18 diminta naek bus. Walah ternyata busku adalah scania berbaju setra livery Manhattan City dengan nopol K 1567 BB yang lagi parkir di sebelah NS 48 yang kunaiki tadi toh? Gak ada papan namanya sih..

Jam 18.50 HS 198 Scania entah seri K 114 atau K 124 atau mungkin juga seri yang lain (maklum sangat gak ngerti tentang bus asal swedia) bergerak meninggalkan terminal Kudus. Sign kiri untuk masuk garasi kantor pusat Nusantara dan mengambil penumpang. Urusan mampir garasi selesai kemudian tancap gas. Mampir agen demak sejenak untuk ambil penumpang dan kemudian tancap gas lagi. Belum lama berjalan ternyata mampu melewati Haryanto mightnigh. Style berlari dari HS 198 ini ternyata cukup garang juga. Buktinya selain si Mightnigh Pahala Kencana B 7170 WV jurusan Jakarta – Bangilan juga bisa di singgirkan tanpa perlawanan berarti. Masuk agen genuk, ambil penumpang terakhir dan selanjutnya langsung injak pedal gas di dalam tol. Di tol ternyata singa daratan ini hanya mampu melewati Kramad Djati D 7520 AD livery baru dan bus Pariwisata SAM tour. Keluar tol langsung disambut kemacetan. Gak butuh lama untuk memutuskan ikut goyang kanan bersama Tunggal Daya yang memanggul pagupon, PK Proteus dan Haryanto Phoebus 29. Aksi 4 bis beda perusahaan ini sedikit membuat macet jalur sebaliknya.. hehehe. Lepas macet sebentar kembali dihadang kemcetan di Mangkang. Kembali goyang kanan bareng dengan di Phoebus, PK dan Haryanto ungu Setra. Ternyata ekor kemacetan dari arah timur sampai lingkar Kaliwungu-Kendal. Tidak terasa ternyata lampu kabin sudah menyala dan bus kami sudah berada di Rumah Makan Sari Rasa. Saat itu jam menunjukkan angka 21.50 dimana kami parkir dibelakang NS 71, NS 86 dan NS 04.

Menghabiskan waktu cukup lama di Rumah Makan Sari Rasa, entah apa yang ditunggu padahal seluruh penumpang sudah on position. Jam 21.35 barulah singa Swedia yang kami tunggangi meninggalkan rumah makan yang cukup banyak disinggahi bus-bus malam baik dari ranah muria, solo, wonogiri bahkan dari Ponorogo dan Kediri tersebut. Baru berjalan langsung bisa menerkam Rosalia Indah NL 366 sepertinya masih gontai karena kekenyangan. Di Tanjakan plelen bersama dengan Shantika nomor 5 dan Haryanto Destroyer memaksa minggir bis-bis renta yang sedang terengah-engah menanjak. Bandung Ekspres, OBL, Bayu Megah dan Bogor Indah merupakan daftar bus-bus yang sedang berjuang melewati dataran tinggi alas roban tersebut. Lepas tanjakan plelen Shantika merah muda dengan kode 5 berhasil di lewati tanpa kesulitan berarti. Ternyata bus yang sehari sebelumnya kunaiki tersebut memang tidak terlalu ngonyo berlari, pantas saja aku bisa tertidur pulas di dalamnya.

Perlawanan seru justru ditunjukkan oleh bus yang terliat sudah cukup kusam. Selamet dengan livery Naruto entah bermesin apa cukup susah ditaklukkan. Setiap hendak diterkam di Selamet tua tersebut selalu mampu berkelit diantara badan bongsor truk-truk jalur pantura. Setelah cukup lama diintimidasi akhirnya Selamet Naruto menyerah juga. Tidak cukup dengan si Selamet singaku pun terus mengejar mahluk2 sejenis. Haryanto Jetbus Phoebus dengan stiker sholawat nabi, dan GMS masih terlalu mudah untuk ditaklukan. Kejar-kejaran seru terjadi ketika singa HS 198 yang kunaiki berusaha menaklukkan Laju Prima Jetbus Morodadi. Ternyata Laju Prima yang sedang menempel ketat Haryanto Destroyer 46 dan 2 NS Primer class tersebut tidak mau kalah dengan singaku. Kulihat Istriku juga menikmati kejaran bus malam di pantura Jateng tersebut, bahkan dia membantuku mengidentifikasi lawan-lawan kami dimalam itu. . NS 93 Primer class menjadi kontestan pertama yang menyerah dari kejar-kejaraan 5 bus malam tersebut. Saat lagi asyik kejar kejara Haryanto Destroyer malah sign kiri di depan toko penjual makanan ringan. Ternyata busku justru ikut ikutan berhenti. Terlihat assisten driver dari Haryanto lebih cekatan dalam belanja makanan daripada asisten driver busku. Hasilnya Haryanto bisa segera meninggalkan busku kembali. Saat berhenti untuk membeli cemilan bagi para crew terlihat GMS, Shantika 5, OBL dan Selamet Naruto kembali melewati busku. Selain bus2ku yang tadi sudah pernah dipinggirkan ada lagi kontestan baru yang ikut melewati busku yaitu Shantika Diamond Class.

Kembali menapaki jalur pantura NS 18 ini harus berjuang keras mengejar mangsa-mangsanya. OBL Setra yang ternyata jurusan Klaten-Bogor menjadi korban pertama. Saat traffic light menyala merah, singaku berhasil bersebelahan dengan Naruto. Begitu lampu berubah menjadi hijau langsung pedal gas diinjak dalam-dalam yang membuat Naruto langsung tercecer jauh dibelakang. Di Pekalongan GMS kembali di Over Take. Tidak lama setelah GMS Shantika merah 5 dan NS 93 juga bisa terlewati dengan mudah. Tak terasa akupun tak sadarkan diri dalam alam mimpi. Terbangun saat busku melaju kencang di jalanan yang cukup sepi. Entah bagaimana hasil kejar-kejaran tadi, tapi dalam mimpiku aku merasa bisku berhasil menyodok tempat pertama.. hehehe. Semula aku mengira posisi kami masih berada di derah Brebes. Saat sukses melewati 2 bus Sumber Alam baru sadar ternyata kami sedag melintasi Polsek Sukra di Kabupaten Subang. Jam saat itu menunjukkan angka 03.20. Sumber Harapan merupakan korban berikut dari kecepatan lari sang singa. Dominasi raja hutan yang telah bertransformasi menjadi raja jalanan ini kembali terjadi atas Purwowidodo, Sumber Alam Proteus dan Dewi Sri. Sinar Jaya Evolution dan Handoyo putih biru menjadi lawan berikutnya yang ditaklukkan. Berhasil melewati Pahala Kencana Jetbus K 1712 B (CMIW) bermesin Hino yang sedang menaklukkan OBL New Marcopolo. Proses penaklukan PK itu sendiri berlangsung dengan alot. Ditempel sejak ciasem dan baru bisa di OT di daerah Sukamandi. Setelah PK giliran duo Handoyo berbaju Trisaksi dan Sprinter yang berhasil dibenamkan. Dilanjutkan dengan penaklukan Garuda Mas ekonomi serta Tunggal Daya Putera di Simpang Jomin.
Di Simpang Jomin sebenarnya sempat melewati Shantika 5B. Tetapi mbak shanti ini tidak kumasukkan dalam daftar korban keganasan sang singa dikarenakan memang bus berwarna hijau itu sedang pasang sign kiri hehe. Jam 04.05 sang singa mulai memasuki tol Cikampek. Minggir sejenak untuk pergantian driver. Ternyata cukup jauh juga driver tengah menunggangi sang singa. Tepat jam 05.10 sampailah sang singa di pemberhentian pertamanya Terminal Rawamangun berbarengan dengan Shantika 8 diamond class. Perjalanan dilanjutkan kembali menuju kandang utamanya di Daan Mogot. Akhirnya jam 05.45 sampailah kami di tempat istirahat sang singa Swedia peranakan Kudus tersebut. Di sana sudah terparkir singa-singa lainnya yaitu NS 01 dan NS 18.

Mengandalkan tiket seharga Rp 2000 dari Transjakarta yang pagi itu sudah cukup penuh sampailah kami di terminal Kalideres. Menunggu sekitar 15 menit untuk selanjutnya menuju Terminal Poris dengan menumpang Buslane Tangerang Kalideres. Bus yang diharapkan sebagi feeder busway untuk wilayah Tangerang memang masih sepi peminat. Pagi itu penumpangnya dari Poris menuju Kalideres adalah NIHIL, alias membakar solar tanpa ada hasil. Sedangkan dari Kalideres-Poris konsumsi solar dari Hino R 260 itu hanya mampu meraup Rp. 6000,- dari 2 tiket yang kubayarkan untuk aku dan istriku. Jam 07.10 sampailah kami di terminal Poris yang merupakan tujuan akhir touring Tangerang -Jepara – Tangerang yang aku dan istriku lalui. Sungguh touring menarik yang penuh dengan aksi tidur dari pemeran utamanya..


sekian

7 Juli 2012

Hilal oh Hilal

Siap-siap menyambut Ramadhan, pasti itu yang sedang anda lakukan saat ini. Ada yang sibuk menyiapkan makanan, ada yang sibuk pergi ke makam, bahkan ada yang sibuk update status FaceBook. Ada yang senang dengan datangnya ramadhan, ada yang biasa-biasa saja, bahkan ada juga yang merana dengan datangnya Bulan Suci Ini. Sedang apa anda sekarang? itu semua anda yang tentukan.

Mau sholat taraweh malam ini ? Ups tunggu dulu, anda harus menunggu sidang "Isbat" terlebih dahulu! Iya sidang isbat, sidang pengadilan buat si "Hilal" hehehe. Hilal, ini dia mahluk yang bikin heboh di idul fitri tahun lalu (idul fitri 2011). Semua orang sudah bersiap buat lebaran. Ketupat dah direbus, ayam dah disulap menjadi opor tetapi saat pengadilan si "Hilal" ternyata makluk yang satu itu malah gak muncul. Alhasil, banyak orang merana, banyak ketupat dan opor yang turun derajat. Makanan yang semula berada di kasta tertinggi itu berbubah menjadi makanan rakyat jelata.
Baiklah mari kita simak apakah si "Hilal" akan bikin heboh lagi di tahun ini? Selamat mencari "Hilal" dan Marhaban ya Ramadhan, Mohon Maaf Lahir Batin !

(Diposting pertama kali di facebook 19 Juli 2012)

3 Etape Bersama Damri Royal Class

Saya punya hoby yang sedkit nyeleneh, yaitu suka akan bis. Jadi kemana2 saya lebih suka naik bis dari pada naik angkutan/kendaraan lainnya. Untuk merekam hoby saya naik bis tersebut biasanya saya membuat sebuah cacatan akan perjalanan tersebut. Berikut salah satunya :



Selasa 28 Mei 2013 jam 07.35 taksi biru yang mengantar saya sudah tiba di stasiun gambir. Hmm makin elit saja nih stasiun, gerai2 penjual makanan sudah bukan kelas ecek2 lagi. Brand2 nasional dan internasional sudah pada berkumpul disitu.Sempat mampir di toilet yang berada di luar area peron ternyata juga sudah free of charge, dulu hanya yang di area dalam yang gratis. Stasiun ini sudah benar2 bersolek, sudah tidak kalah dengan bandara. Kapan ya terminal bisa berubah seperti ini juga? hehehe.

Royal Class lampung langsung naik pak? tanyaku pada beberapa bapak2 yang berseragam kementrian perhubungan berlabel Damri di lengan. Iya mas naik aja, itu bisnya bisnya yang warna merah, Jawab salah satu bapak dengan menunjuk arah bus merah yang sedikit tersembunyi diantara bus2 berwarna warna silver. Sudah ada beberapa penumpang di dalamnya. Saat beli tiket hari minggunya saya sudah tidak mendapat seat tunggal disebah kiri, tapi alhamdulillah hot seat nomor 3 bisa saya amankan.



Jam 07.55 asissten Driver membagikan snack pada semua penumpang, dan jam 08.05 bus inipun lepas landas dari parkiran Gambir. 21 seat yang dibenamkan diatas sasis MB 1526 ini semua terisi, padahal ini bukan week end, bahkan tadi sempat ada 2 penumpang yang akan membeli tapi dah tidak kebagian tiket bus ini. Kata ibu2 disamping saya yang hampir setiap bulan bolak balik Lampung Jakarta bis ini hampir selalu penuh, hampir mustahil dapat tiket kalo beli mendadak seperti dua orang tadi. Lampung memang lumbung emas bagi PO pelat merah ini. Kata teman kantor saya di Lampung, untuk yang kelas yang biasa (eksekutif dan bisnis AC) saja bisa berangkat 4 sampai 5 bus dari gambir, luar biasa bukan. Padahal PO saingannya justru gulung tikar dalam waktu yang lumayan singkat.


Butuh waktu sekitar 25 menit untuk membelah kemacetan Tomang Raya sampai akhirnya masuk tol Jakarta Merak di jam 08.30. Terlihat kepadatan lalu lintas di dalam tol yang mengarah jakarta, ekor kepadatan itu hampir menyentuh rest area di km 14. Di area Meruya saya sempat melihat bus Nusantara jurusan Palembang-Kudus yang ikut terjebak dalam kemacetan. Ahirnya bisa juga melihat bus itu melintas, dengar-dengar terobosan Nusantara membuka line Kudus - Palembang tidak terlalu memuaskan, okupansi penumpangnya sangat sedikit, benarkah demikian? Perjalanan Tangerang sampai merak dilalui dengan standar saja, bus dipacu oleh driver setengah baya ini dengan kecepatan rata-rata di jalan tol. Angka 100 Kpj sepertinya menjadi angka kramat yang tidak boleh dilewati. Aksi jaga jarak dan selalu mengambil jalur kiri saat jalanan kosong cukup sebagai bukti bahwa driver bus ini adalah pengemudi yang santun dalam berkendara. Jalur kanan benar2 hanya difungsikan untuk mendahului kendaraan di depannya.

Jam 9.45 bus berwarna merah sudah mencapai gate tol merak, dan hanya butuh waktu sekitar 15 menit untuk langsung masuk ke KM Rajabasa 1 di dermaga satu pelabuhan merak. Yang menarik disini ternyata bus ini menggunakan jasa pemandu untuk menuju ke kapal. Entah apa status dari pemandu ini, yang pasti dia naik dari pintu gerbang dermaga untuk selanjutnya membimbing driver bus kami menuju kapal yang benar2 sudah siap berangkat. Saat bis mencapai pintu kapal barulah sang pemandu tersebut turun. Tepat jam 10.20 terompet besar dari kapal motor inipun berdengung, yang menjadi tanda kapal ini angkat jangkar dari pelabuhan.

Perjalanan selama 2,5 jam di dalam kapal saya habiskan untuk menonton TV kabel di ruang eksekutif. Untuk memakai jasa ruang eksekutif ini saya harus menambah lagi Rp. 10.000 kepada petugas yang menarik ongkos saat kapal sudah berlayar menuju pulau sumatera. Jam 12.40 kapalpun sandar di pelabuhan Bakauheni, setelah mengantri keluar sekitar 12 menit akhirnya tepat jam 12.52 busyang saya naiki keluar dari lambung kapal KM Rajabasa 1 yang langsung disambut dengan gerimis. Baru berjalan sekitar 40 menit bus ini pun berhenti di Rumah Makan Siang Malam di daerah Kalianda. Saya heran, penumpangnya tidak ada yang turun. Crew juga tidak mengumumkan berapa lama kita akan berhenti. Melihat tidak ada penumpang yang turun sayapun ikut terdiam di dalam bus.. hehe. 15 menit berlalu perut sudah tidak bisa dikompromi untuk diisi. Khawatir nanti mengganggu jadwal perjalanan akhirnya sayapun memilih untuk membeli mie instan kemasan cup sebagai sarana untuk mengganjal perut. Benar saja baru saja naik bus untuk menikmati mie instan panas crew buspun naik dan langsung kembali melanjutkan perjalanan. Total waktu istirahat di rumah makan ini sekitar 20 menit.



Perjalanan di etape terakhir ini cukup menarik, jalanan yang hanya dua ruas dengan kontur berkelok dan naik turun menjadi hiburan tersendiri. Benar kata orang2 di line sumatera tidak perlu aksi injak gas dalam2 seperti di pantura. Kelincahan driver memutar lingkar kemudi yang disinergikan dengan perpindahan kaki kanan dalam memainkan pedal gas dan rem menjadi kunci utama di jalur ini. Terlihat skill driver bus ber nopol BE 2665 AU sangat mumpuni, dia mampu membawa kendaraan besar ini dengan halus tapi cukup cepat. Ya jelas mumpunilah, untuk menjadi pilot di bus dengan kelas tertinggi di suatu PO pastilah dia merupakan salah satu driver terbaik di PO tersebut. Satu lagi yang menarik di bus ini, tidak ada crew dan penumpang yang merokok, meskipun di bus ini disediakan smooking area yang dilengkapi dengan pemanas air untuk menyeduh teh atau kopi. Mungkin karena sekitar 70% penumpang bis ini adalah wanita ya.. hehe.


Akhirnya tepat jam 15.35 saya mengakhiri perjalanan di stasiun Tanjung Karang Bandar Lampung. Perjalanan selama 7,5 jam yang cukup menarik yang terbagi menjadi 3 etape. 2,5 jam pertama untuk Jakarta-Merak, 2,5jam kedua untuk Merak-Bakauheni dan 2,5 jam terakhir untuk etape Bakauheni-Bandar Lampung. Tiket seharga 175 rb untuk weekday yang sekilas terlihat mahal itu saya rasa masih pantas dijadikan alternatif perjalanan ke Lampung.

Hari Buruh dan Hari Pendidikan Nasional

Baru kemarin kita merayakan hari buruh. Meski hari libur antusias buruh di negeri ini yang sebagian besar hampir diperlakukan seperti "budak" untuk berdemo sangat luar biasa. Hasilnya Jakarta macet total, jalan ke bandara juanda di blokir. Sepertinya itu aktivitas rutin buruh kita setiap may day adalah demo, demo dan demo, hasilnya cuma berpanas2 ria, sweeping ke pabrik2 dan berkonvoi dimana-mana meski tanpa pernah ada perubahan nasib.

Belum selesai euforia hari buruh kemarin, hari ini kita sudah menyambut hari yang tidak kalah penting lagi, yaitu hari pendidikan nasional. Saya mikir lho kok berurutan ? apakah ada korelasi antara hari buruh dan hari pendidikan ? Apa cuma kebetulan aja ?

Ada korelasi atau tidak yang pasti faktanya seperti ini waktu kecil kita semua pasti sekolah, setelah lulus langsung berubah status menjadi buruh !

Berarti urutannya sekolah dulu terus jadi buruh. Tapi kok hari peringataannya terbalik ya ? Hari buruh dulu terus hari pendidikan ? Apa ada yang salah ? apa karena hari buruh itu internasional terus hari pendidikan cuma nasional ? atau ada maksud lain ?

Lha terus kalo memang urutannya sudah benar, berarti kita yang salah dong? Sekolah diajarin macem macem, mulai belajar hitung hitungan, peta, mahluk hidup, mahluk mati, bahkan benda yang tidak terlihat seperti atom terus lulus jadi buruh, digaji UMK lebih dikit, gak masuk potong gaji dll.

Jawaban yang paling gampang mungkin karena faktor kebetulan aja, yang menetapkan hari buruh kebetulan bukan orang dunia pendidikan atau yang menetapkan hari pendidikan gak pernah jadi buruh.. hehehe

Walau masih bingung dengan korelasi keduanya yang pasti saya mengucapkan "Selamat Hari Buruh" buat para buruh dan "Selamat Hari Pendidikan Nasional" buat para pelajar dan para pendidik !!

(Ditulis pertama tanggal 2 Mei 2011)

Kalo ada Kudeta ?

Karena iseng libur gak ada akivitas, mana ditinggal istri yang musti kerja sampe malem jadinya kepikiran buat note yang kayak gini : ..

Tadi pagi waktu nganterin istri kerja, sempat bertemu dengan bus karyawan RRI. Jadi mikir seperti ini dulu waktu ada kudeta yang katanya dilakukan oleh PKI yang direbut oleh pemberontak adalah RRI dengan maksud menyebar informasi dewan jendral. Lha misal'e (bahasa indonesianya sing pas opo yo ?) kalo jaman sekarang ada kudeta kira-kira untuk menginformaikan propagandanya, apa yang mau direbut pemberontak terlebih dulu? Mau ngerebut RRI rugi, dah pasti gak ada yang dengerin. Mengambil alih radio swasta banyaknya minta ampun dah gitu yang dengerin cuma ABG,atau paling banter orang-orang yang terjebak macet di jalan. Kesimpulannya radio dah gak pasti gak efektif, ini dah jaman milenium bukan jaman antri beras tapi jaman antri BLT ma antri tiket.

Beralih ke media televisi. Pilihan utama pasti TVRI, tapi TVRI kan gak ada yang nonton, pasti rugi buang waktu dan tenaga. Kalo RCTI, SCTV ma Indosiar ? wah ntar dikira sinetron, mosok orang bawa bedil dikira sinetron ? hehe. Ngerebut "Trans" takut ntar dikira reality show?. Kalo Metro TV ? ntar dikira acaranya Nasional Demokrat, keenakan surya paloh dong ? bisa2 Surya Paloh yang dapat nama ? pilihan terakhir TVone. Bagus sih tapi karena dah terbiasa terlalu lebay ntar dikira orang lebay lagi. Masak kudeta ntar dianggap lebay? hehehe.

Yang pasti kalo ada yang kudeta jaman sekarang pasti susah cari media yang bener2 didenger orang seperti jaman RRI dulu. Hehehe.

(ditulis pertama kali di note Facebook tanggal 27 Desember 2010)